Rabu, 30 Mei 2012

Surah Al-Fatihah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ


Artinya :

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
  1. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
  2. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
  3. Yang menguasai di Hari Pembalasan.
  4. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
  5. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
  6. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Selasa, 01 Mei 2012

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN



ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI
DAN KEMISKINAN

1. KATA PENGANTAR

Rasa hormat dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberi ruang dan kesempatan kepada kami sehingga dapat mensarikan dari beberapa bahan bacaan sehingga tulis ini dapat disajikan. Tulisan ini disusun sebagai bahan diskusi para santri Dayah Raudhatul Ulum Kuala Batee Aceh Barat Daya yang secara rutin dilakukan dalam rangka mengambil bahagian untuk mencerdaskan masyarakat. Sebagai mana dimaklumi bahwa Yayasan AHKAM yang menaungi Dayah Raudhatul Ulum setiap bulan mengadakan diskusi yang membahas berbagai topik yang terkait de­ngan Ilmu agama dan Ilmu penunjang lainnya. Diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai pihak termasuk kerap diundang penyuluh pertanian dan pihak-pihak yang menaruh minat terhadap pembangunan masyarakat pedesaan. Sebagai salah satu materi yang dibahas diminta kepada kami untuk menyajikan judul “Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan”.
Diharapkan sajian makalah ini dapat memberi pengetahuan bagi para santri dan berbagai pihak lainnya sehingga mereka memahami aspek lain dalam kehidupan manusia selain mendalami ilmu agama. Semoga makalah ini ada manfaatnya.

                                                                       
                                                                               Blangpidie.,  November 2011,

                                                                                                                                                                   *** 
PENDAHULUAN

Berbicara tentang “Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan”, tidak musta­hil kita harus menelusuri dan melihat apa yang terjadi di masa lampau atau memproyeksi ke­mungkinan apa yang akan terjadi di masa depan. Permasalahan yang mungkin muncul adalah kontinuitas perubahan, harmoni dan disharmoni.
Kalimat “ilmu pengetahuan” sudah lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ter­diri dari dua kata yaitu “ilmu” dan “pengetahuan”. Namun, berbicara tentang pengeta­hu­an saja akan menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan dalam memahami fakta peng­alaman dan dunia realitas, hakihat pengetahuan, kebenaran, kebaikan, berbagai bentuk pengetahuan, dan sumber pengetahuan.
Teknologi dalam penerapannya sebagai salah satu alat atau cara yang mempermu­dah terlaksdana kegiatan manusia. Karena itu sering dikatakan bahwa teknologi meru­pa­kan jalur utama yang dapat menyonsong masa depan. Teknologi dalam praktek dapat mem­per­mudah kegiatan manusia, meskipun mempunyai dampak sosial yang muncul ka­dangkala lebih penting dan mengganggu daripada kehebatan teknologi itu.

Kemiskinan merupakan tema sentral yang mendapat perhatian yang sangat serius. Sesungguhnya secara hakiki manusia memiliki secara melekat 3 (tiga) hal. Pertama, berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang cukup sehingga mampu menjalani kehidupan se­ca­ra layak. Kedua, Mendapatkan Kesejahteraan secara baik, dan Ketiga berhak men­dapatkan keadilan. Berbicara tentang kemiskinan akan menghadapkan kita pada per­soalan lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi manusia dalam lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk mengurangi kemiskinan di tengah masyarakat.
Ada beberapa batasan dan rumusan masalah yang akan dibahas dalam tulisan  ini yaitu :
1.        Apakah ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan itu ?
2.        Bagaimana kaitan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemiskinan ?
Kedua aspek ini akan dibahas secara sederhana sehingga dapat dipahami dan dapat dijadikan tolok bandingan serta dikaitkan dengan berbagai bahasan dari sumber-sumber lainnya.

PEMBAHASAN
A. Ilmu Pengetahuan
Di kalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu” itu selalu ter­susun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dalam  sumber tertentu dengan sis­te­ma­tis, metodologis, rasional, empiris, umum dan akumulatif. Sedangkan dalam mem­berikan pe­nger­tian pada “pengetahuan”, Bacon dan David Home, menyatakan pengeta­huan sebagai pengalaman indera dan bathin, Immanuel Kant menyatakan bahwa pengetahuan meru­pakan persatuan antara budi dan pengalaman, sedangkan teori Phyrro menjelaskan bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber pe­nge­tahuan yaitu : ide, kenyataan, kegiatan akal budi, pengalaman atau meragukan karena tidak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti. Sedangkan secara umum, dapat diartikan bahwa pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil peng­gu­naan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, dan berbagai informasi yang mungkin saja pernah diterima terdahulu.
Dari pengertian ilmu dan pengetahuan di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu pe­ngetahuan adalah pengetahuan yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan ke­kuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.
Unsur pokok dalam suatu ilmu pengetahuan adalah :
1.    Pengetahuan, sebagaimana pengertian di atas.
2.    Tersusun secara sistematis. Tidak semua pengetahuan merupakan ilmu, hanya­lah pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pe­nge­­ta­­hu­an. Sistematik berarti urutan-urutan strukturnya tersusun sebagai suatu ke­bu­latan. Sehingga akan jelas tergambar apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan tersebut. Sistem ini disebut sistem konstruksi yang abstrak dan te­ra­tur. Artinya, setiap bagian dari suatu keseluruhan dapat dihubungkan satu dengan lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya ada dalam pikiran, se­hing­ga tidak dapat diraba ataupun dipegang. Ilmu pengetahuan harus bersifat ter­bu­ka artinya dapat ditelaah kebenarannya oleh orang lain.
3.    Menggunakan pemikiran yaitu menggunakan akal sehat. Pengetahuan dida­pat­kan me­lalui kenyataan dengan melihat dan mendengar serta melalui alat-alat ko­mu­nikasi.
4.    Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau masyarakat umum.
Ilmu pengetahuan harus dapat dikemukakan secara jelas untuk diketahui secara umum dan luas sehingga dapat diperiksa dan dikontrol yang mungkin berbeda pema­ha­mannya.
Dari sudut penerapan, ilmu pengetahuan dibedakan antara ilmu pengetahuan murni dan ilmu pengetahuan terapan. Ilmu pengetahuan murni bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak untuk mempertinggi mutunya. Ilmu pe­ngetahuan terapan bertujuan menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut ke dalam kehidupan masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
Dalam kehidupan di dunia ini, manusia tidak akan pernah lepas dari keterkaitan de­ngan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Sebagai fithrah yang membedakan manusia de­ngan makhluk yang lain adalah adanya akal pikiran yang menjadi dasar munculnya ilmu pe­nge­tahuan. Dalam hidup ini, manusia selalu menggunakan ilmu pengetahuan untuk  mem­per­mudah berbagai kegiatan. Ilmu pengetahuan selain tersusun secara sistematis de­ngan meng­gunakan kekuatan pemikiran juga harus mengandung nilai etis dan moral. Artinya, setiap ilmu pengetahuian berguna bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan ilmu pengetahuan hendaknya didasari pada hal-hal yang asasi yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia. Ilmu pengetahuan yang tidak dilandasi dengan etika dan moral hanya akan membawa pen­deritaan bagi orang lain. Karenanya, alangkah bijaksana apabila ma­nu­sia dapat meman­fa­at­kan ilmunya untuk mempelajari berbagai gejala atau peristiwa yang mempunyai manfaat bagi manusia lain, bahkan makhluk lain dan lingkungan .
Dalam kehidupan modern saat ini, cenderung tidak bersikap netral terhadap pe­nyelidikan ilmiah, sebab manusia hidup dalam satu dunia yang cenderung mementingkan keuntungan pribadi dan kelompok. Banyak penelitian hanya menghasilkan temuan untuk kepentingan tertentu saja, tidak memperhatikan kepentingan yang lebih besar. Se­sung­guhnya hasil ilmu pengetahuan harus membawakan manfaat bagi kehidupan manusia, bukan menimbulkan penderitaan. Manusia dalam pekerjaan ilmiah tidak hanya bekerja dengan akal budi saja, melainkan dengan seluruh eksistensi serta seluruh keberadaannya dengan menggunakan hati dan panca inderanya secara baik dan optimal. Sehingga manu­sia dalam mengambil keputusan, mampu membuat pilihan dengan pertimbangan berba­gai as­pek termasuk juga agama, nilai etika dan norma kesusilaan. Karena itu, seorang ilmu­an jika dipandang dari sudut agama memiliki derajat yang tinggi, sebagai pemegang amanat khalifah di muka bumi.
B. Teknologi
Menurut Walter Buckingham yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu pe­nge­tahuan yang diterapkan ke dalam seni industri. Termasuk alat-alat yang memung­kin­kan terlaksananya efisiensi kerja manusia menurut keragaman kemampuannya. Atau me­nurut pengertian lain, teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada. Kalau ilmu dasar bertujuan untuk mengetahui lebih banyak dan memahami lebih mendalam tentang alam semesta dengan isinya, maka teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi manusia. Hubungan ilmu pengetahuan dengan tek­nologi sering diungkapkan sebagai berikut : Ilmu tanpa teknologi adalah steril dan teknologi tanpa ilmu adalah statis. Satau ada pula ungkapan lain menyatakan Ilmu tanpa teknologi tidak berkembang dan teknologi tanpa ilmu tidak berakar.
Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
a.    Persyaratan Teknis, yang termasuk di dalamnya adalah :
·       memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
·       jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus diterima oleh pasar yang ada.
·      menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil.
·      memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi dan perawatannya.
b.    Persyaratan Sosial, meliputi :
·       memanfaatkan keterampilan yang sudah ada.
·      menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkem­bang.
·      menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
·      membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan me­ng­atur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu se­hingga ter­wujud keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis.
c.    Persyaratan Ekonomi, yaitu :
·       membatasi sedikit mungkin kebutuhan modal.
·      mengarahkan pemakaian modal agar sesuai dengan rencana pengembangan lokal, regional dan nasional.
·      menjamin agar hasil dan keuntungan akan kembali kepada produsen.
·      dapat mengarahkan lebih banyak produsen ke arah cara penghitungan ekonomis yang sehat.
Teknologi, selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan berbagai kegiatan dalam kehidupan, juga memiliki dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Kesempatan kerja misalnya, akibat adanya berbagai macam teknologi semakin berkurang. sementara angkatan kerja makin bertam­bah. Masalah lain yang mungkin muncul adalah ketersediaan bahan-bahan dasar seperti sumber ener­gi yang akibat dampak penggunaan teknologi semakin berkurang. Demikian juga pen­ce­maran lingkungan dan udara atmosfeer sehingga dikhawatirkan akan meru­gikan kehi­dupan generasi yang akan datang.
C. Kemiskinan
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan manusia. Walaupun kemiskinan cenderung banyak dijumpai di negara-negara berkembang, tetapi dinegara majupun orang miskin tetap ada. Kemiskinan yang dibahas dalam tulisan ini adalah kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh. Sering juga dikatakan bahwa disebut orang miskin karena pendapatannya lebih kecil dari pada kebutuhan hidup pada standar layak.
Kemiskinan bukanlah suatu yang terwujud dengan sendirinya dan terlepas dari aspek-aspek lainnya. Ketahuilah bahwa kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia, terutama aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya ketidaksamaan sosial antara sesama warga masya­rakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi adalah adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.
Sementara itu  penggolongan seseorang dikatakan miskin ditetapkan dengan menggunakan tolok ukur utama, yaitu :
a.         Tingkat pendapatan. Cukupkah pendapatan yang diterima  membiayai kehidu­pan­nya secara layak.
b.        Jumlah kalori yang dikonsumsi. Kemiskinan dapat diukur dengan mengguna­kan batas minimal jumlah kalori yang dikonsumsi, yang diambil persama­annya dalam kg beras.
c.         Kebutuhan hidup relatif per keluarga. Dibuat berdasarkan atas kebutuhan mi­ni­mal yang harus dipenuhi dalam sebuah keluarga agar dapat melangsung­kan kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak.
Jika dikaitkan dengan kemakmuran, maka ada dua persepsi masyarakat yang cukup berlawanan tentang hal ini. Persepsi pertama adalah yang berpikir rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran seseorang diukur dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki atau dikuasai untuk memelihara dan menikmati hidupnya. Semakin banyak jumlah barang dan makin tinggi nilainya, maka akan makin tinggi taraf kemam­puan hidup makmur. Adapun kelompok persepsi kedua bahwa kemakmuran tidaklah ber­be­da dengan kebahagiaan. Seseorang akan merasa makmur bila sudah ada keserasian antara kebutuhan hidup layak dan keadaan pendapatan yang mampu memenuhinya. Ka­re­nanya, kelompok ini selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara kebutuhan, keinginan dengan keadaan pendapatan yang mampu dihasilkan. Jika keinginan berlebih, sementara keadaan pendapatan tidak mencukupi maka mereka harus mengurangi keinginan yang ada. Begitu juga sebaliknya.
Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1.    Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Pada as­pek badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
2.    Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam dapat merusak kemapanan hidup sekelompok orang. Bencana alam dapat menghancurkan sum­ber pendapatan sehingga orang menjadi miskin. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
3.    Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural. Kemiskinan buatan sering terjadi akibat tindakan sekelompook manusia lain. Upaya penggusuran untuk kepen­ting­an bisnis kelompok tertentu, persaingan bisnis, dan upaya-upaya terstruktur yang sengaja diciptakan agar masyarakat dalam wilayah tertentu harus tetap miskin untuk tujuan mudah dikuasi dan tidak bergolak. Selain itu ada pula ke­mis­kinan karena sifat bawaan dan psikologi sekelompok orang. Kemiskinan ini biasanya di­se­babkan oleh keadaan pasrah,dan memandangnya sebagai nasib atau takdir Tuhan yang telah ditetapkan kepada mereka.
Usaha memerangi kemiskinan dapat dilakukan dengan cara membuka lapangan kerja yang dapat memberikan pendapatan yang layak. Dengan cara ini bukan hanya kemiskinan dapat dikurangi, tetapi harga diri, martabat, dan kemauan hidup serta mengubah diripun dapat dinaikkan.
D. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam pera­nan­nya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi menjawab “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai mem­per­ka­ya kemampuan nalar sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Sesungguhnya teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan sehingga dari abstrak menjadi nyata dan dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupan manusia.
Kemiskinan yang membawa resiko besar secara sosial dan kemanusiaan adalah ke­mis­kinan karena ciptaan. Kemiskinan ini merupakan buatan manusia terhadap manusia lain­nya yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan social. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan berubahnya struktur sosial masyarakat. Dan, perubahan tersebut merupakan mesin pencetak kemiskinan. Ini sesungguhnya dalah malapetaka.


PENUTUP
A. Kesimpulan
1.        Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan dikontrol de­ngan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.
2.    Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada
3.        Kemiskinan terjadi akibat pendapat yang dihasilkab dalam waktu tertentu belum mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup layak. Kemiskinan  itu dapat dise­bab­kan oleh pola hidup yang salah dan ada pula kimiskinan karena ciptaan  manu­sia lain dengan tujuan tertentu.
4.        Ada kaitan yang erat antara iptek dan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat terutama pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

B. Saran
1.        Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan moderen. Oleh karena itu dalam menerapkan teknologi perlu dilakukan secara selektif sehingga tidak menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia.
2.        Pemanfaatan Teknologi disesuaikan dengan tingkat sosial budaya kelompok masyarakat dengan tetap menjaga adat budaya, dengan tidak merusak pengamalan nilai agama.
3.        Penggunaan teknologi sebaiknya yang dapat mengurangi kemiskinan masyarakat melalui membantu peningkatan produksi, perbaikan mutu dan memudahkan pemasaran.
(Eshar)