Oleh
Laila Junainah, SPd.
Orang tua yang bijak adalah selalu
menginginkan anak keturunannya menjadi pemimpin, dan sangat menghindari anak
keturunannya hidup dalam kelemahan terombang ambing dengan tidak ada pendirian
yang kokoh. Untuk itu Allah ajarkan kita melalui doa yang di nukilkan dalam
Alquran: “Rabbana hablana min azwajina wa
zurriyyatina qurrata a’yuni waj’alna lilmuttaqina imama”.
Islam adalah agama yang selalu
mengedepankan keadilan, keindahan, rahmah, ukhuwah, dan silaturrahmi. Islam
juga sangat menentang dan mengutuk kedhaliman, penindasan, dengki, khianat, dan
dusta. Semua itu dapat terwujud karena sikap dan prilaku. Sikap dan prilaku
diwujudkan oleh bentukan jiwa secara berkesinambungan baik diperoleh melalui
sikap prilaku orang tua dan lingkungan yang memberi contoh sehingga terekam di
dalam batin maupun dari buku dan media lainnya. Banyak ahli psikologi
berpendapat, pendidikan merupakan alat
pemilah dan penghalus prilaku bawaan yang dimiliki. Pembentuk dan penyaring
prilaku tersebut yang paling utama adalah agama. Siapapun yang berpegang teguh
pada ajaran Islam, pasti ia akan terlepas dari prilaku jelek. Islam jika
diamalkan dengan baik dan memiliki dasar pengetahuan yang kuat akan menghasilkan
manusia berakhlak mulia (akhlaqul karimah). Rasul bersabda : “Innama buitstu liutammima makarimal akhlaq”,
sesungguhnya saya diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Sebaliknya manusia
yang dalam hidupnya tidak dituntun oleh agama, maka iblis dan syaithanlah yang
menjadi penuntunnya.
Generasi yang kuat adalah generasi
yang mampu mengusai dan mengendalikan potensi alam secara bijak, seimbang dan
tidak merusak. Kemampuan menguasai potensi sumberdaya yang ada merupakan
kemampuan yang hakiki yang didasarkan kepada kemampuan fikir dan eksploitasi
oleh manusia. Sumberdaya itu tidak ada
manfaat jika kemampuan eksploitasinya rendah. Kemakmuran dapat diperoleh
melalui kemampuan yang dimiliki seperti ditunjukkan oleh skema berikut.
_______________________________________________
Makalah disampaikan pada Kegiatan Pembinaan Keluarga Sakinah dalam Acara
Diskusi Bulanan Organisasi Persatuan Wanita Tarbiyah Islamiah Aceh Barat Daya
tanggal 9 September 2009, di Dayah Kaum Ibu Bustanul Huda Blangpidie.
Konsep diagram
diatas dapat dikelola dengan baik manakala sumberdaya manusia memiliki ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Tanpa itu semua, seluruh sumberdaya yang dimiliki
tidak banyak manfaatnya, dan selalu pemanfaatan sumberdaya yang ada tersebut
dilakukan oleh pihak lain yang lebih mampu, sehingga masyarakat generasi kita
hanya berfungsi sebagai penonton, dan bahkan menjadi buruh saja, seperti apa
yang terjadi selama ini. Pada hal Allah telah menegaskan kepada kita melalui
firmannya dalam Alquran : “Ya ma’syaral
jinni wal insi inistatha’tum minassamai wal ardh famfuzu, latamfuzu na illa bisulthan”,
wahai kelompok jin dan manusia, jelajahilah penjuru angkasa dan bumi jika kamu
mampu, tapi kamu tidak mampu kecuali dengan kekuatan.
Pemahaman orang tua terhadap pentingnya mewariskan ilmu pengetahuan
kepada anak generasi boleh jadi masih kurang terbentuk. Umumnya, orang tua
sangat gusar jika belum meninggalkan harta yang cukup untuk anak-anaknya. Saat
ini perlu disadari bahwa meninggalkan harta yang banyak kepada anak generasi
bukanlah suatu hal yang penting, tetapi yang lebih penting mewariskan
pengetahuan yang cukup sehingga dari pengetahuan yang dimiliki mampu
mengendalikan kehidupan yang lebih layak dan bermartabat. Bukankah pengalaman
telah menunjukkan kepada kita bahwa meninggalkan harta yang melimpah sering
menimbulkan sengketa dan pemutusan silaturrahmi.
Pentingnya pengetahuan telah dicontohkan Nabi Sulaiman. Manakala Allah
tawarkan beberapa pilihan kepada Sulaiman yaitu harta, kekuasaan, atau ilmu,
maka Sulaiman memilih ilmu. Karena dengan ilmu harta dan kekuasaan akan dapat
diperoleh. Contoh teladan yang diberikan Sulaiman tersebut perlu diterapkan
dalam menghasilkan generasi yang bermartabat ke depan.
Menghasilkan generasi ke depan
yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang baik dengan iman dan
taqwa (IMTAQ) ada ditangan ibu dan bapak hari ini. Upaya itu tidak bisa
dilepaskan terbentuk secara alamiah. Upaya pembentukan generasi yang baik dan
berkualitas harus diusahakan secara sungguh-sungguh dan terencana. Anak-anak
belum baligh tidak dapat memahami pentingnya ilmu untuk menunjang kehidupan,
yang paham hal tersebut adalah orang tua. Oleh karena itu, pendidikan terhadap
anak harus telah direncanakan dari awal. Pendidikan itu harus berimbang antara ilmun-amaliyah dengan ulumuddiniyah. Keseimbangan itulah yang
mampu menghasilkan manusia santun, pemimpin adil, dan pengusaha dermawan.
Bukankah Alquran telah memberi contoh yang baik tentang wasiat Lukman kepada
Anaknya. “Ya bunayya latusyrik billah.
Innasyirka ladhulmun adhim”. Wahai Anakku Sayang, jangan sekali-kali kamu
sekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu adalah dhalim yang sangat besar.
Kasih sayang terhadap anak perlu ditumbuhkan secara baik. Lukman telah
menampakkan bagaimana santunnya berkomunikasi dengan anak. Komunikasi yang baik
dan santun menghadirkan rasa hormat. Dan rasa hormat tersebut menghasilkan
kemuliaan yang dapat menghasilkan watak santun pula dalam kehidupan.
Bukankah generasi kedapan yang berilmu, dan santun sangat diharapkan.
Pemimpin yang dihasilkan dari generasi seperti itu akan mampu membawa rahmat bagi
alam. Karena contoh yang diberikan Rasul sebagai rahmatan lil alamin. Wama arsalna illa rahmatan lil alamin.
Pemimpin dari generasi yang taat dan taqwa akan mampu membawa kemakmuran.
Hal tersebut telah dijanjikan Allah: “Walau
Anna Ahlal Qura Amanu Wattaqau Lafatahna Alaihim Barakatim Minassamai Wal Ardh”.
Jika suatu wilayah negeri pemimpin dan rakyatnya beriman dan taqwa, Allah akan
turunkan atas mereka barakah dari langit dan dari bumi”. Pemimpin dan
masyarakat beginilah yang diidamkan dimasa depan. Wallahu A’lam Bisshawab.
Blangpidie, 9 September 2009.