PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI.
Pembaca
yang budiman.
Blogspot Dayah Raudhatul Ulum Alue Pisang
Kuala Batee Aceh Barat Daya secara berkala mengeluarkan artikel yang bersifat
PETUNJUK TEKNIS dalam bidang usahatani - pertanian. Petunjuk Teknis ini
ditujukan kepada berbagai pihak yang berminat terutama yang bergerak di bidang
pertanian (petani, pengusaha, guru, mahasiswa dan berbagai pihak lainnya) yang
memerlukan petunjuk teknis di bidang pertanian sebagai petunjuk dalam mengelola
usahataninya atau dalam rangka menambah pengetahuan. Kami berupaya petunjuk
teknis ini yang lebih cocok untuk keadaan topografi dan keadaan lahan di Aceh.
Walaupun demikian, untuk peminat di daerah-daerah lain juga tidak menjadi
hambatan untuk digunakan sebagai pedoman.
Tujuan
utama diterbitkan petunjuk teknis ini hanyalah untuk membantu para petani dan
berbagai pihak untuk mendapatkan bahan bacaan yang bersifat praktis, dengan
menggunakan bahasa ringan dan mudah dipahami. Ingin kami sampaikan bahwa
rekomendasi yang dikeluarkan dalam terbitan ini
berpedoman untuk kondisi Aceh.
Tahap
awal ini Redaksi menerbitkan bahan informasi petunjuk teknis yang berhubungan
dengan usahatani padi. Dalam terbitan ini dibahas tentang teknologi usahatani
padi dalam berbagai jenis yang mudah dan praktis dapat diterapkan oleh pihak
yang berminat. Teknologi tersebut sudah diterapkan didaerah lain dapat memberi
hasil yang cukup baik. Karena itu, kami mengharapkan terbitan pertama ini dapat
membantu berbagai pihak dalam mengelola usahataninya.
Redaksi
mengupayakan petunjuk praktis yang seperti ini akan dikeluarkan secara berkala.
Setiap diterbitkan membahas satu topic dengan ulasan sederhana dan mudah
dipahami.
Semoga
saja upaya ini mendapatkan sambutan yang cukup baik dari pembaca. Saran dan
upaya penyempurnaan dari berbagai pihak sangat dihargai. SALAM.
Redaksi
-----------------0000000000000000000---------------------------
1.
PENANAMAN
PADI SISTIM RICE INTENSIFICATION (SRI)
Apa
itu SRI ?
SRI
adalah System Rice Intensification yaitu sistem usahatani padi secara intensif.
Usahatani padi SRI dapat diterapkan di
lahan sawah beririgasi. Diyakini bahwa penerapan system usahatani
intensif tersebut dapat menghemat biaya dan tenaga serta dapat meningkatkan
produksi yang sangat significan.
Intensifilkasi padi jenis
ini tergolong hemat. Bagaimana tidak. Kebutuhan benih hanya 5 – 8 kg/ha,
air,dan pupuk juga dibutuhkan relatif sedikit sedangkan produksi terjadi
peningkatan yang sangat besar. Dari beberapa percobaan yang dilakukan di
Aceh, produksi padi yang diusahakan dengan SRI mencapai 9.0 – 11.0 ton/ha.
Produksi itu tergolong tinggi dibandingkan dengan tingkat rata-rata produksi
padi saat ini hanya 4.3 ton/ha dan produksi rata-rata di lahan irigasi 5.5
ton/ha.
Teknologi intensifikasi padi
system SRI adalah system usahatani padi yang dilakukan dengan mengubah pengelolaan
tanaman, tanah, air dan unsur hara secara hemat, tepat dan efisien.
Di Aceh terutama di lahan
sawah ber irigasi penerapan system SRI secara sempurna dapat dilakukan dalam
rangka meningkatkan produksi dan menekan biaya usahatani.
Kelebihan Metode SRI
Sistem
usahatani SRI dapat menekan biaya produksi dan hemat bibit. Beberapa
kelebihan usahatani system SRI adalah:
1. Tanaman
hemat air. Air hanya diberikan maksimum 2 cm dan lebih baik macak-macan saja.
2. Benih
hanya dibutuhkan 5 – 8 kg/ha.
3. Hemat
waktu karena bibit ditanam lebih muda sehingga umur panen juga lebih awal.
4. Produksi
padi dapat mencapai 9.0 – 11.0 ton/ha.
Prinsip
Budidaya Padi SRI
1. Tanah
diolah sempurna sebagaimana pengolahan sawah yang lazim dilakukan petani.
Sebaiknya jumpung (merang) tidak
dibakar setelah padi dipanen, tetapi dibiarkan membusuk di lahan sawah sehingga
dapat menambah bahan organik yang dapat menyuburkan tanah..
2. Bibit
digunakan dari varietas unggul dan disemai/ditabur jarang. Media semai sebaiknya
diberi pupuk kandang atau kompos sehingga benih dapat tumbuh sempurna.
3. Bibit
telah harus dipindahkan untuk ditanam di sawah pada umur 12 – 15 hari, yaitu
ketika bibit masih berdaun dua helai. Jika bibit dipindahkan terlalu tua
akan berpengaruh pada pertumbuhan dan system anakan produktifnya. Bibit setelah
dicabut segera ditanam sehingga fisiologi bibit tidak rusak. Antara
benih dicabut (dipindahkan) dengan penanaman paling lama 30 menit. Lebih cepat
lebih baik.
4. Bibit
ditanam di areal sawah 1 bibit/ lubang dengan jarak tanam jarang 30 x 30 atau
35 x 35 cm. Sebaiknya ditanam dengan sistim lorong yaitu 5 - 7 baris tanaman
dibuat lorong. Bibit ditanam dangkal saja (1 cm) dengan posisi akar seperti
huruf L.
5. Untuk
tujuan lahan tetap lestari, terutama untuk lahan sawah di Aceh, dianjurkan
gunakan pupuk organik. Hal itu menjadi sangat penting karena banyak lahan
sawah di Aceh saat ini telah terganggu keseimbangan hara. Pupuk organik dan
pupuk kandang dapat digunakan secukupnya. Tetapi jika pupuk alam tersebut
tidak cukup tersedia, boleh digunakan pupuk kimia (anorganik) dengan dosis
yang tepat, Pupuk anorganik digunakan dengan dosis: Pupuk dasar (diberikan sebelum tanam atau paling lambat 7 hst);
urea 75 kg/ha, SP-36 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Pupuk susulan I (diberikan umur tanaman 25 – 30 hst); urea 50
kg/ha. Pupuk susulan II (diberikan
umur tanaman 40 – 45 hst); urea 50
kg/ha. (untuk ketepatan dosis pupuk gunakan anjuran spesifik lokasi dari
penyuluh setempat).
6. Pengairan
diberikan cukup macak-macak saja, paling tinggi 2 cm. Pada periode matang
malai sawah dikeringkan. Yang perlu diperhatikan air harus cukup tersedia
(macak-macak) pada awal partumbuhan, saat premordia, dan saat pengisian
gabah.
7. Penyiangan
dilakukan pada umur tanaman 10 hari setelah tanam dan diulang 2-3 kali lagi
dengan interval 10 hari.
8. Hama
penyakit tanaman dikendalikan dengan sitem Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). Untuk mendapatkan informasi tentang pengendalian hama ramah
lingkungan hubungi penyuluh dan petugas pengamat hama di daerah.
9.
Panen dapat dilakukan setelah gabah
pada malai sudah cukup tua. Kapan padi dipanen tergantung pada varietasnya.
Yang penting panen dilakukan dengan memperhatikan mutu gabah dan
menghindari gabah tercecer. Hindari membuat phui di sawah. Padi yang telah dipanen segera dirontokkan dan
diangkut ke tempat yang aman dan terhindar dari hujan sehingga mutu gabah
tetap baik. (ESHAR, 2013).-
2. CARA TANAM PADI SISTEM JAJAR LORONG
Umumnya cara penanaman padi oleh petani
belum hemat bibit dan lahan. Petani memang letah menerapkan tantandur jajar,
tetapi jumlah bibit per lubang, jarak tanam dan cara tanam belum hemat, malah
cenderung boros. Bagaimana tidak, jarak
tanam hanya di kira-kira saja, sehingga jarak tanam padi di sawah terkesan
tidak beraturan. Lebih keliru lagi jumlah bibit yang digunakan per lubang
tanam sangat bervariasi. Ada yang sampai lebih dari 5 batang/rumpun tanam. Cara
ini di samping boros dan tidak hemat bibit, juga dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
Sesungguhnya, ada beberapa faktor yang sangat menentukan baik
tidaknya usahatan padi di sawah yang kita lakukan.
·
Tersedia air yang cukup. Air penting bagi usahatani
padi secara intensif. Jumlah
kebutuhan air sangat pula ditentukan oleh sistem penanaman yang dilakukan.
Pada sistem penanaman padi pola SRI,
kebutuhan air, benih dan pupuk bisa minimal.
·
Benih yang baik. Falsafah ”apa yang ditanam itulah yang dipanen” dalam usahatani tetap
berlaku. Untuk meningkatkan produksi, penggunaan benih yang baik sangat
penting. Benih disesuaikan dengan keadaan kondisi lahan. Untuk itu konsultasikanlah dengan BPP atau penyuluh pertanian.
·
Sistem penanaman. Saat ini sudah sangat patut sistem
penanaman padi diubah dari tidak hemat ke usahatani hemat biaya dan tenaga.
·
Sistem perawatan.
Perawatan tanaman harus dilakukan secara teratur, sehingga setiap
gangguan hama penyakit dapat diatasi secara dini.
Sistem Jajar Lorong
Cara tanam padi jajar lorong merupakan cara tanam padi
berbaris lurus yang diatur sedimikian rupa sehingga setiap beberapa barisan terdapat
lorong terbuka. Jarak tanam dalam barisan lebih rapat sehingga populasi
tanaman per satuan luas walaupun berkurang tetapi produksinya tidak berkurang mal;ah meningkat.
Cara ini dapat memberi keuntungan;
·
Dapat
menghemat benih dan pupuk.
·
Anakan
produktif lebih banyak.
·
Semua
rumpun padi mendapatkan aerasi udara yang cukup sehingga meningkatkan penyerbukan.
·
Memudahkan
pemupukan dan perawatan tanaman.
·
Mengurangi
serangan tikus dan hama-hama lain yang menyukai kelembaban tinggi dan teduh.
·
Jika
air tersedia cukup dapat dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan.
Pengaturan Baris Tanam
Jumlah barisan antar lorong ditentukan
berdasarkan letak sawah dan ketersediaan air. Jika petakan sawah luas, jumlah
barisan dalam lorong dapat 4, 5, atau 6 baris. Tetapi jika petakan sawah
sempit, jumlah barisan cukup 2,3, atau 4 baris saja. Penggunaan pola barisan
ini tidak mengurangi hasil apabila pengelolaan dan perawatan tanaman dilakukan
dengan baik.
Jumlah rumpun tanaman dan ruang terbuka dengan system
penanaman lorong sbb:
Jumlah baris antar
lorong
|
Jumlah rumpun
tanaman
|
Persentase ruang
terbuka
|
2
|
160.000
|
50 %
|
3
|
192.000
|
40 %
|
4
|
213.000
|
33 %
|
5
|
228.000
|
28 %
|
6
|
240.000
|
25 %
|
Sumber: Balitpa Sukamandi.
Pengaturan Jarak Tanam
Benih padi disemai jarang, dan pada umur dua minggu lebih
sudah dapat dipindahkan ke sawah. Penyemaian benih jarang benih cukup 8 – 14
kg/ha. Cara ini sangat menghemat benih. Jarak tanam yang dianjurkan untuk
system penanaman lorong sbb:
·
Jarak
tanam dalam baris 10 – 12.5 cm.
·
Jarak
tanam antar barisan 20 – 25 cm.
·
Jarak
tanam antar lorong 50 – 70 cm. (ESHAR, 2013).-
3. PEMUPUKAN PADI LAHAN IRIGASI DI PROV NAD
Makanan tanaman adalah hara. Jumlah komposisi hara yang dibutuhkan
tanaman banyak jenisnya, tetapi yang paling banyak diperlukan agar dapat berproduksi
cukup adalah nitrogen (N), phosphor (P), dan kalium (K). Ketiga jenis hara ini
tergabung dalam jenis pupuk Urea, Superphos, NPK, KCl, dll.
Jumlah kebutuhan hara padi berbeda tergantung pada jenis
varietas, jenis lahan, tingkat umur tanaman, dan cara pemberiannya. Setiap
sawah tidak sama kebutuhan pupuk. Untuk menentukan berapa sebenarnya perlu
pupuk untuk sawah kita dapat diamati dengan menggunakan Bagan Warna Daun (LCC singkatan dari Leaf Color Chart). Pengunaan
Bagan Warna Daun (LCC) dapat dilakukan oleh penyuluh pertanian atau BPP.
Kegiatanya mudah, hanya membandingkan warna daun dengan warna di LCC dan
selanjutnya melihat petunjuk dalam buku panduan, apakah hara nitrogen cukup
atau tidak. Jika tidak segera diberikan.
Dengan cara ini penggunaan pupuk akan lebih tepat, tidak
boros, tidak terjadi pencemaran lingkungan dan hemat.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh beberapa
tahun lalu telah melakukan pengkajian tentang kebutuhan hara tanamanm padi di
sawah beririgasi. Ternyata akumulasi hara posfor (P) dan kalium (K) tergolong
tinggi, karena itu dosis pupuk untuk lahan sawah beririgasi harus diperbaiki.
Dosis pupuk yang dianjurkan untuk lahan sawah beririgasi di Aceh sbb.
Status Hara Tanah
|
Dosis Pupuk/ha
|
Urea
|
150 kg
|
Superphos
|
75 – 100 kg
|
KCl
|
50 kg
|
Sumber BPTP Aceh
Cara Pemberian Pupuk
Kebiasaan petani memberi pupuk khusus Urea rata-rata dua kali
yaitu saat tanam (50 %) dan pada umur tanaman 21 hari setelah tanam (50 %)
sisanya (setelah penyiangan I) dengan cara sebar rata dalam sawah. Cara ini
ternyata tidak efektif karena sebahagian besar pupuk tidak diserap oleh tanaman
sehingga dibawa oleh air irigasi atau menguap. Untuk meningkatkan efisiensi
pupuk urea bagi tanaman diberikan sesuai dengan anlisa LCC sehingga
pemberiannya tepat waktu dan hemat. Sesuai dengan hasil ujicoba, diperoleh
bahwa dosis dan cara pemberian pupuk untuk padi di lahan beririgasi sbb.
·
Urea
Pupuk urea diberikan dua kali yaitu
umur 1 – 2 minggu setelah tanam (fase vegetative lambat) sejumlah 50 kg/ha,
dan sisanya (100 kg/ha) diberikan pada umur tanaman 30 – 42 hari setelah tanam
(fase vegetative cepat).
Superphose
dan KCl.
Pupuk ini diberikan dengan cara menyebar rata
dipermukaan tanah sehari sebelum tanam. Permukaan lahan macak-macak dan air
tidak dimasukkan ke lahan sawah beberapa waktu sehingga pupuk akan terikat
oleh tanah dan memudahkan diserap oleh tanaman.
Pupuk Pengganti
Bila
terjadi kelangkaan pupuk, untuk memenuhi kebutuhan tanaman pupuk dapat digantikan dengan jenis yang
lain. Jika kelangkaan pupuk Superhos misalnya,
dapat diganti dengan pupuk alam Guano (ek seumantoung) dengan dosis 100
– 150 kg/ha, dan jika KCl yang kurang dapat diganti dengan abu sekam dengan
dosis 400 – 600 kg/ha. Pemberian pupuk ini dilakukan sebelum tanam disebar
merata di permukaan lahan dan selanjutnya digaru sehingga terbenam. (ESHAR,
2013).-
4.
BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT
Selama ini lahan gambut dinilai kurang produktif. Jika
ditanami hasil rendah. Sesungguhnya rendahnya produktivitas usahatani dilahan
gambut karena keadaan biofisik yang berbeda dengan tanah daratan lainnya.
Keadaan biofisik lahan gambut ditandai oleh pH rendah, tinggi konsentrasi
asam-asam organic seperti zat aluminium (Al)
dan besi (Fe) sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu. Kendala
biofisik lahan yang kurang baik tersebut belum mampu diatasi oleh petani,
walaupun untuk kebutuhan pangan dan biaya hidup para petani tetap mengelola
lahan tersebut setiap tahun.
Untuk mengatasi hal
itu, di lahan gambut perlu diterapkan teknologi usahatani sederhana sehingga
produktifitas lahan dapat ditingkatkan dan menguntungkan. Dari hasil percobaan
yang dilakukan oleh lembaga penelitian di Aceh, produktivitas lahan gambut
dapat ditingkat melalui perbaikan usahatani
sampai 75 – 100 % dari produksi semula.
Teknologi Budidaya
Komponen utama teknologi budidaya di lahan gambut adalah bagaimana
menetrasilir kelebihan kandungan zat aluminium
(Al) dan besi (Fe) di dalam tanah
yang dapat menjadi racun bagi tanaman padi. Untuk itu digunakan kapur
pertanian dan perbaikan budidaya.
Dengan demikian ph tanah yang rendah dapat ditingkatkan dan kelebihan Al dan
Fe di dalam tanah dapat diikat sehingga tanah menjadi netral. Ada beberapa
anjuran usahatani sbb:
1.
Penyiapan lahan.
Semak belukar dan rumput-rumputan ditebang dan untuk
memudahkan pengolahan tanah, jika telah kering dibakar. Selanjutnya
perbaiki drainase lahan dengan menggali saluran
di sekeliling lahan dan juga di dalam areal lahan. Saluran di
sekeliling lahan digali lebih dalam yaitu lebar 40 – 50 cm dan dalam 50 – 75
cm. Saluran ini berfungsi sebagai saluran pembuang. Selanjutnya gali pula
saluran di dalam areal lahan sedalam 20 cm dengan lebar 20m – 30 cm. Saluran di
dalam areal tersebut digali setiap 10 mter.
Guna saluran ini untuk menurunkan pH dan menetrasilir
zat-zat yang berlebih tadi. Lakukan pengolahan tanah sebagaimana lazim
dilakukan untuk penanaman padi.
Penyiapan lahan dilakukan serendak dalam sehamparan sehingga akan meudahkan
dalam pemanfaatan tenaga kerja sehingga efektif dalam berusaha.
2.
Gunakan varietas padi yang tepat untuk bibit.
Ada beberapa varietas yang
cocok untuk lahan gambut yang diperbaiki adalah sbb:
Varietas
|
Umur
Tanaman
|
Produksi
|
Rasa Nasi
|
Cisadane
|
135
|
4-7
|
Pulen
|
Cisangarung
|
125
|
4-7
|
Pulen
|
IR-42
|
135
|
4-7
|
Pulen
|
IR-46
|
115
|
4-7
|
Pulen
|
Kapuas
|
125
|
4-7
|
Pulen
|
Lematang
|
130
|
5-7
|
Pera
|
Sililin
|
125
|
4-6
|
Pera
|
Way seputih
|
125
|
4-7
|
Pulen
|
3.
Perlakukan benih dengan baik.
Syarat benih yang baik:
· Daya kecambah 90 %.
· Tidak bercampur dengan benih lain dan rumput.
4. Lakukan
penyemaian benih dengan baik.
Ada dua hal yang dilakukan
dengan baik yaitu: menyiapkan areal
persemaian dan menyiapkan benih.
Areal persemaian diolah dengan baik dan diberi pupuk dengan cukup. Berilah
pupuk organic (kotoran hewan atau kompos) secukupnya. Jika diberi pupuk anorganik
lakukanlah dengan dosis/meter: 10 gr
urea, 14 gr SP36 dan 10 KCl.
Tabur benih secara jarang sehingga pertumbuhan benih
akan sempurna. Penaburan benih system tersebut dan penanaman satu
batang/lubang kebutuhan benih hanya 7 – 10 kg/ha. Pindahkanlah benih ke
lahan sawah tidak lebih dari umur 15 hari setelah semai. Penanaman umur bibit
muda dapat lebih cepat beradaptasi dengan lahan sawah dan dapat tumbuh lebih
sempurna.
5. Penanaman
dan jadwal tanam.
Lakukan penanaman dan jadwal
tanam yang tepat. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan sehingga tanaman
tidak kekurangan air dan air pengairan menjadi netral dari Al dan Fe yang
dianggap berbahaya. Hasil pengujian di pantai barat Aceh penunjukkan bahwa
jadwal tanam yang relative tepat adalah Misim Tanam I dilakukan Oktober – Nopember,
dan Musim tanam ke II dilakukan pada Maret atau April. Walaupun demikian,
Keujruen Blang akan mengamati perkembangan iklim yang cocok baik terhadap
ketersediaan air maupun perkembangan hama tanaman.
Bibit padi ditanam satu
batang/lubang tanam. Cara ini dapat menghemat benih padi dan dapat
meningkatkan jumlah anakan produktif.
Padi ditanam dengan pola
tandur jajar dengan jarak tanam 30 x 30 cm dan setiap tujuh baris tanaman
dibuat lorong selebar 50 cm. Keuntungan tanam pola tandur jajar dan lorong
adalah mudah dalam perawatan tanaman baik
penyiangan maupun mengendalian hama.
6. Peberian
kapur pertanian.
Untuk menetralkan pH rendah
dan kandungan AL dan Fe yang tinggi dapat dilakukan dengan pemberian kapur pertanian
(kapur gunung). Pada saat kapur gunung sulit diperoleh boleh diganti dengan abu
sekam yang sudah terbakar habis berwarna keabu-abuan (abee guesok). Kapur atau
abu sekam diberikan sejumlah 1 ton/ha dan ditabur merata diareal sawah pada
saat tanah diolah sehingga kapur tersebut dapat bercampur sempurna dengan
tanah.
7. Pemupukan
Berikan pupuk dengan dosis
yang tepat. Pupuk SP36 sejumlah 130 kg/ha dan KCl 100 kg/ha diberikan
seluruhnya sehari sebelum tanam atau pada saat tanam. Sedangkan dosis urea
250 kg/ha diberikan tiga kali yaitu 75
kg saat tanam, 100 kg 4 minggu setelah
tanam, dan 75 kg diberikan 7 minggu setelah
tanam. Saat pemberian pupuk dan kapur air macak-macak (setinggi 1-2 m dimuka
tanah) sehingga pupuk dapat dimanfaatkan secara optimal.
8. Perawatan
dan panen
Perawatan tanaman sama
seperti perawatan tanaman padi dilahan lainnya, seperti penyiangan dan
pengendalian hama penyakit. Yang perlu diwaspadai adalah gangguan tikus, hama
orong-orong, kepinding tanah (bana), walang sangit (guesong) dan wereng. Untuk
gangguan hama-hama ini kendalikan secara bersama-sama dan gunakan cara yang
tepat sehingga tidak merusk lingkungan. Hubungi penyuluh setempat.
Pemanenan juga dilakukan dengan
baik sehingga tidak banyak produksi yang terbuang, Hindari membuat phui di
sawah. Hasil panen segera dirontokkan dan dibawa pulang untuk disimpan, Hindah
gabah dari kena hujan dan panas, dengan demikian mutu gabah dapat diperbaiki
sehingga harga jual juga tinggi. (ESHAR, 2013).-
__________________________________
5.
PEMUPUKAN NITROGEN YANG TEPAT PADA PADI DENGAN
LEAF COLOR CART
(BAGAN
WARNA DAUN)
Sebenarnya dalam
berusahatani, ketepatan memberian hara baik penentuan ketepatan waktu,
dosis, cara, dan tepat jenis sangat penting sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Kelebihan dan kekurangan hara dapat berpengaruh nyata bagi
pertumbuhan tanaman. Kelebihan nitrogen misalnya, memberi efek pertumbuhan
sekulen, lemah, daya tahan hama penyakit rendah sehingga tanaman tumbuh tidak
normal. Demikian juga jika kekurangan hara tersebut, tanaman akan tumbuh
kerdil, anakan produktif rendah, daun kuning sehingga produksinya juga akan
rendah.
Yang perlu dipahami bahwa pemberian
pupuk anorganik yang berlebihan akan memberi dampak negative bagi tanaman dan
lingkungan. Banyak petani beranggapan memberi pupuk banyak terutama nitrogen
akan mampu memberikan pertumbuhan tanaman yang baik. Sesungguhnya, kelebihan
nitrogen bukan hanya membuat tanaman lemah tetapi juga dapat merusak tanah.
Karena penggunaan hara yang tidak berimbang akan memperburuk degradasi tanah
dan menyebab mudahnya berkembang hama penyakit.
Tanggapan tanaman terhadap nitrogen
sangat cepat dan efeknyapun dapat segera terlihat pada warna daun padi. Jika
nitrogen berlebih maka warna daun akan berubah dari hijau menjadi warna hijau gelap dalam 2-3 hari
setelah diaplikasikan. Demikian juga sebaliknya jika nitrogen kurang, warna
daun terlihat kekuning-kuningan dan pucat. Untuk menentukan kebutuhan nitrogen
yang tepat pada tanaman padi digunakan Bagan Warna Daun (LCC = leaf Color Chart). Alat pengukur warna daun ini sebenarnya
sangat sederhana yang dapat membantu petani menentukan berapa pupuk nitrogen
yang harus diberikan untuk tanaman padi yang dimilikinya.
Alat Pengukur Warna Daun
Alat pengukur warna daun terbuat dari
lempengan plastic memanjang bentuknya sangat sederhana. Pada alat plastic
tersebut diberi pengaturan warna dari hijau muda sampai hijau gelap. Fungsi
alat tersebut adalah sebagai alat pengukur atau pembanding warna daun. Setelah
diukur warna daun pada posisi mana dan
selanjutnya dilihat pada lembaran keterangan yang menentukan posisi pupuk
nitrogen yang dikandung tanaman. Alat ini pada waktu dulu sudah tersedia di
BPP. Jika saat ini sudah hilang atau rusak dapat dikoordinasikan dengan Dinas
dan lembaga teknis daerah setempat.
Mengukur kebutuhan Urea Tanaman Padi
Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk urea dapat dilakukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun. Petunjuk
penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Bagan daun
yang akan diukur warnanya adalah yang paling atas dan sudah terbuka penuh,
karena warna daun tersebut berhubungan erat dengan ketersediaan nitrogen pada
tanaman padi.
2. Bandingkan
warna daun dengan warna yang tertera
pada LCC (angkan 1 – 6). Jika berada diantara dua warna diambil nilai
rata-ratanya. Contoh bila warna daun
padi berada diatara angka 2 dan 3 pada skala warna maka nilai warna daun padi
itu adalah 2.5.
3. Daun yang diukur
sebanyak 10 lembar diambil secara acak dari setiap petak lahan. Hitung nilai
rata-rata warna daun untuk menentukan takaran nitrogen yang dibutuhkan
tanaman.
4. Selama
pengukuran, daun harus dilindungi dari cahaya matahari langsung, misalnya
menggunakan payung, bayangan tubuh, dll.
5. Pengukuran
dilakukan setiap 10 hari sekali yang dimulai pada saat tanaman berumur 14 hari
setelah tanam untuk system tanam pindah.
6. Bila nilai
warna daun lebih rendah dari 4, maka tanaman telah memerlukan pupuk nitrogen.
7. Takaran
pupuk nitrogen disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman.
-
Vegetatif
lambat umur 14 – 21 hst, takaran pupuk 60 kg urea/ha.
-
Vegetatif cepat umur 28 – 42 hst, takaran pupuk 100 kg
urea/ha.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan
oleh BPTP Banda Aceh di Aceh Barat, Aceh selatan dan Aceh Tenggara kebutuhan
urea tanaman setelah digunakan metode LCC hanya sekitar 150 – 180 kg/ha. Jadi
ada penghematan pupuk urea dari dosis anjuran umum sekitar 70 – 100 kg/ha.
Kandungan hara P dan K
Disamping hara nitrogen, posfor dan kalium perlu
dianalisis secara teliti. Karena pada program intensifikasi yang lewat telah
terjadi penimbunan posfor dan kalium pada tanah sawah yang tidak sedikit
sehingga menyebabkan efesiensi pupuk menurun.
Takaran pupuk posfor dan kalium berpedoman
pada hasil analisis tanah yang dilakukan BPTP, telah diperoleh takaran dosis
pupuk SP36 dan KCl sbb:
Hasil analisis tanah sawah lahan beririgasi
di Aceh menunjukkan bahwa status hara posfor dan kalium antara sedang sampai tinggi. Oleh karena itu
dianjurkan dosis pupuk untuk lahan irigasi di Aceh terhadap hara posfor dan
kalium adalah SP36 sejumlah 50 – 100
kg/ha, dan KCl sejumlah 0 – 50 kg/ha.
Ke dua hara ini cara pemberiannya ditabur merata dipermu-kaan sawah macak-macak
sehari sebelum tanam.
Jika jenis pupuk tersebut kadang-kadang
langka sehingga harganya sangat tinggi, jenis hara ini dapat diganti
dengan pupuk alam guano (ek seumantoung)
pengganti pupuk SP36 sebanyak 100 – 150 kg/ha, dan abu sekam pengganti KCl sebanyak 600 kg/ha. Cara pemberian
disebar rata di petak sawah sehari sebelum tanam dan kemudian digaru sehingga
bercampur sempurna di dalam tanah. (ESHAR, 2013).-
6.
BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH
LANGSUNG (TABELA)
Keberhasilan program
intensifikasi padi bukan hanya ditandai oleh terjadi peningkatan produksi
gabah, tetapi juga terjaminnya harga jual yang layak sehingga petani sebagai
produsen gabah akan mendapatkan penghasilan yang dapat menunjang kesejahteraan.
Produksi padi telah terjadi peningkatan yang sangat significan selama
beberapa tahun belakangan ini. Produksi padi tahun 1983 rata-rata 3.5 ton/ha naik menjadi 4,11
ton/ha tahun 1994. Saat ini, walaupun secara statistic belum menunjukkan
angka produksi yang baik, tetapi diyakini tingkat produksi gabah terus
meningkat. Hal tersebut terbukti bahwa produksi padi di Aceh tahun 2006 lebih
dari 1.3 juta ton sehingga dikonversikan surplus dalam bentuk beras sekitar
168 ribu ton. Surplus tahun 2007 mencapai lebih dari 250 ribu ton. Tahun 2008
juga terjadi surplus, walaupun di bawah target yang telah ditetapkan.
Tentu saja fenomena ini perlu disikapi dengan baik karena banyak lahan
potensial sawah telah beralih fungsi menjadi peruntukan lain. Luas lahan sawah
turun drastis, sedangkan penambahan areal belum sebanding. Oleh karena itu,
teknologi usahatani padi tidak hanya berorientasi kepada peningkatan hasil
semata, tetapi juga harus menekankan pada efisiensi sehingga hemat modal dan
tenaga. Diharapkan melalui cara tersebut petani akan mendapatkan nilai tambah
yang layak dari usahataninya.
Usahatani dengan cara tanam
pindah (tapin) yang diterapkan petani cenderung berlebih menggunakan
sarana produksi baik benih, pupuk, pestisida, dan air. Cara usahatani seperti
itu harus diperbaiki melalui terapan teknologi yang tepat. Karena harus
disesuaikan dengan tuntutan pasar global yang menuntut efisiensi dalam segala
bidang sehingga mampu bersaing dengan daerah lain. Untuk maksud tersebut
diperkenalkan usahatani padi system tanam
benih langsung (tabela).
Sistem Tanam Benih Langsung
· Penyiapan
lahan.
Pengolahan tanah dilakukan
sebagaimana lazim pada usahatani tapin. Tanah diolah menjadi lumpur dan
diairi macak-macak.
· Pemilihan
varietas.
Gunakan varietas unggul yang
tahan rebah, rasa nasi enak, produksi tinggi, dan tahan hama penyakit.
Misalnya ciherang, Mira, Yowono, Memberamo, dll.
· Tanam.
Sistem tanam benih langsung (tabela) di lahan sawah memerlukan
benih yang relative lebih banyak dari system SRI atau legowo, Sistem tabela
memerlukan benih 25 – 30 kg/ha.
Benih yang akan digunakan direndam selama 12 jam dan
dianginkan selama 12 jam sehingga keadaan benih telah keluar tunas seperti
paruh burung. Benih ditanam langsung di lahan sawah. Caranya, jika ada alat
tabela dapat digunakan langsung, tetapi jika alat tabela tidak tersedia dapat
dilakukan sbb: di lahan sawah dibentangkan tali dengan jarak tanam antar baris 25 - 30 cm, Di sepanjang tali tersebut ditaburkan benih
padi satu persatu dengan jarak yang tidak beraturan tetapi terjadi tandur jajar
antar baris. Cara ini, tanaman tidak
terganggu pertumbuhannya akibat dicabut dan umumnya panen lebih cepat 10 – 15
hari tergantung varietasnya.
· Pemupukan
Dosis pupuk dianjurkan Urea
150-200 kg/ha, SP36 50 – 100 kg/ha, dan KCl 0 – 50 kg/ha. Urea diberikan 3 kali
yaitu pada umur 10 – 14 hst, umur 21-25 hst dan umur 40-45 hst. Sedangkan pupuk
SP36 dan KCL diberikan secara merata dilahan sawah sebagai pupuk dasar pada
saat tanam.
· Pengendalian
gulma.
Gulma merupakan masalah penting pada system tabela,
karena beberapa minggu setelah semai penyiangan tidak dapat dilakukan.
Akibatnya, gulma akan tumbuh pesat juga. Penyiangan gulma dilakukan setelah
tanaman berumur 2 – 3 minggu sehingga relative menyulitkan karena gulma telah
besar. Jika pengendalian gulma tidak dilakukan dengan baik mengganggu
pertumbuhan tanaman sehingga dapat menurunkan produksi cekup besar yaitu
antara 25 – 50 %.
· Pengandalian
hama penyakit.
Pada saat benih muda keongmas merupakan hama utama,
maka hati-hatilah. Kendalikanlah keongmas sebelum benih disemai. Selain itu,
burung juga sering memakan benih yang baru disemai. Setelah tanaman tumbuh
tikus merupakan hama penting dalam budidaya system ini. Pengendalian kedua
hama tersebut harus dilakukan bersama-sama dalam satu hamparan oleh
kelompoktani. Sedangkan gangguan hama dan penyakit lain dapat dikendalikan
sebagaimana lazimnya. Yang penting setiap pengendalian hama penyakit mengedepankan
system pengendalian hama terpadu (PHT)
sehingga tidak merusak lingkungan.
· Pengairan.
Sistem tabela memerlukan
irigasi yang baik. Lahan sawah dijaga tetap macak-macak sampai tanaman
premordia dan keluar bunga, sedangkan pada stadium pematangan gabah areal dapat
dikeringkan.
· Panen.
Umumnya system tabela dapat
mempersingkat umur panen sekitar 10 – 15 hari dibandingkan dengan tanam pindah.
Padi dipanen sebagaimana lazimnya yang telah dilakukan petani yaitu setelah
gabah kuning matang lebih dari 90 %.
Perlu diingatkan, jangan
membuat phui di lahan sawah karena dapat merendahkan mutu gabah. Warna
beras menjadi buram bahkan coklat sehingga harga jual menjadi rendah. Oleh
karena itu, setelah dipanen segera dirontokkan dan simpan ditempat teduh
terhindar dari hujan. (ESHAR,
2013).-
7.
PENGELOLAAN USAHATANI PADI SISTEM AGRIBISNIS
Usahatani padi sawah di Provinsi Aceh umumnya dikelola tanpa perencanaan
sistem agribisnis. Apalagi ada kecenderungan yang mengelola usahatani padi
sawah sebahagian besar penyewa, mawah atau peu upah.
Umumnya, mereka mengelola usahatani dengan luas lahan yang sempit, tenaga kerja
dalam keluarga, penggunaan modal dan input yang terbatas, dan belum
menghitung keuntungan. Walaupun demikian, dari hasil evaluasi ternyata para
petani relatif responsif terhadap insentif ekonomi dan teknologi, sehingga
berpotensi untuk dikembangkan menjadi usahatani berorientasi agribisnis.
Program
Intensifikasi Pertanian telah dilaksanakan sejak tahun 1968 dengan tujuan
untuk meningkatkan produktifitas usahatani dan memenuhi kebutuhan pangan.
Misalnya, pola Intensifikasi umum (inmum), Intensifikasi Khusus (insus)
dan Supra Insus. Ternyata,
peningkatan produktivitas tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan
kesejahtraan petani. Oleh karena itu, diperlukan upaya mengarahkan usahatani padi ke
agribisnis. Program tersebut diharapkan mampu memberikan solusi memaksimalkan
kenaikan nilai tambah yang dinikmati petani dari usahataninya melalui kegiatan
terpadu (on-farm dan off-farm). Pola tersebut adalah Pengembangan
Intensifikasi Usahatani Padi Berwawasan Agribisnis.
Penerapan Pola Intensifikasi Padi Berwawasan Agribisnis dapat dilakukan
atas dasar pengembangan pola intensifikasi yang memenuhi skala usaha unit
bisnis melalui meningkatkan peranan kemitraan dalam pengembangan kegiatan on-farm dan off-farm, pengolahan hasil, standarisasi dan pemasaran hasil.
Pengertian Agribisnis Usahatani Padi
Agribisnis adalah pengelolaan usahatani dengan tujuan untuk mendapatkan
pendapatan yang layak. Untuk itu, usahatani dikelola dengan baik melalui perencanaan dan analisa usaha.
Biasanya, petani mengelola usahatani tidak melalui perhitungan ekonomi
yang baik, sehingga susah diukur tingkat pendapatan yang layak dari usahatani
yang dikelolanya. Mulai saat ini para petani sudah harus mengubah cara berusahatani
dari tidak memperhitungkan nilai ekonomi kepada menghitung nilai ekonomi secara
baik.
Syarat dan Ciri Usahatani Padi Agribisnis.
a.
Terwujudnya kegiatan usahatani terpadu (padi, palawija,
dll) dalam luas areal memenuhi skala
ekonomi.
b.
Berkembangnya potensi sumberdaya alam, sumber daya
manusia dan modal secara optimal melalui perkembangan usahatani produktif.
c.
Berkembangnya kegiatan kemitraan dibidang usahatani
padi yang produktif, serasi, saling menguntungkan dan saling membutuhkan
secara berkelanjutan.
d.
Meningkatnya pendapatan petani dari kegiatan on-farm dan off-farm.
Strategi Pendekatan
Usahatani Padi
Agribisnis.
Dalam
pengembangan usahatani berorientasi agribisnis perlu didasarkan kepada potensi
lahan dan daya dukung lahan serta lingkungannya. Penetapan luas lokasi sesuai
skala ekonomi. Lokasi lahan sawah irigasi minimal 20 ha atau wilayah kerja
keujruen, dilakukan penanaman serentak dengan benih dan teknologi yang sama.
Untuk itu, perlu dilakukan beberapa hal berikut:
·
Pemilihan lahan yang sesuai, merupakan faktor penentu
berhasil tidaknya suatu usahatani padi agribisnis.
·
Petani berada dalam kelompok tani yang kuat.
·
Menerapkan teknologi dan benih unggul yang sama.
·
Melakukan penanaman serentak.
·
Melakukan perwatan tanaman secara bersama.
·
Mengelola panen dan pasca panen dengan baik sehingga
mutu hasil gabah seragam.
·
Memasarkan produksi secara bersama-sama melalui kelompoktani
atau GAPOKTAN.
Keberhasilan suatu usahatani pada
hakekatnya ditentukan oleh bagaimana usahatani itu dilakukan. Ciri utama
yang mudah dilihat adalah bagaimana pertumbuhan tanaman yang diusahakan serta
berapa jumlah produksi yang dihasilkan. Jika suatu usahatani dapat menghasilkan
pertumbuhan dan produksi yang baik, maka usahatani tersebut secara visual
dikatakan berhasil. Walaupun masih ada faktor lain yang sangat menentukan yaitu
harga jual. Terlepas dari situasi ekonomi dan harga pasar
produksi pertanian yang terjadi serta pengaruhnya terhadap nilai pendapatan,
maka besar kecilnya pendapatan yang diterima dari suatu uasahatani merupakan
selisih antara nilai masukan (input) dan keluaran (out put). Penetapan lokasi
yang cocok serta memiliki daya dukung yang baik menjadi sangat penting.
Kelompok tani
agribisnis
Pengembangan usahatani beriorientasi
agribisnis tidak dilakukan secara parsial (sendiri-sendiri), tetapi harus dalam
bentuk kelompok. Usahatani secara berkelompok memiliki keuntungan:
·
pengelolaannya
lebih mudah baik dalam bentuk penyiapan lahan, penyediaan sarana produksi
maupun perawatan tanaman
·
produksi yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pasar
·
pemasaran
produksi lebih mudah
·
petani/kelompok
tani memiliki kemampuan tawar menawar tetang harga produksi yang lebih menguntungkan
·
ketersediaan
produksi dapat lebih berkesinambungan
·
perencanaan usahatani dapat dilakukan dengan mudah.
Kebutuhan pasar
terhadap produksi pertanian dan fluktuasi harganya patut dijadikan
pertimbangan dalam merencanakan komoditi yang akan diusahakan. Trend pasar
selama ini menunjukkan bahwa pada waktu-waktu tertentu pasar jenuh terhadap
beberapa komoditi, tetapi langka terhadap komoditi yang lain. Untuk tujuan itu,
sebelum penentuan komoditi yang akan diusahakan perlu dianalisa secara baik
terhadap:
· Informasi pasar dan trend harga pasar sepanjang tahun
·
Daerah produksi komoditi dan keadaan penanamannya.
· Jalur pemasaran dengan mata rantai pasarnya.
· Besarnya kebutuhan produksi (daya serap pasar) dan
mutu yang diinginkan.
· Kelancaran transportasi
· Daya simpan produksi
· Kondusifnya lingkungan.
(ESHAR, 2013)