DUNIA
SAAT INI KRISIS AIR BERSIH ?
Oleh: Eshar
Latar Belakang
Air
merupakan unsur yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak
dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang
hidup bagi manusia dan makhluk lainnya. Sesungguhnya ketersediaan air di bumi
ini begitu melimpah, namun yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan
air minum sangat sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen
yang tersedia sebagai air minum, sedangkan sisanya adalah air laut. Selain itu,
kecenderungan yang terjadi saat ini adalah berkurangnya ketersediaan air
bersih. Semakin meningkatnya populasi manusia dan
makhluk lainnya, semakin besar pula kebutuhan akan air minum, sehingga
ketersediaan air bersih pun semakin berkurang. Saat ini penggunaan air di dunia
naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan seabad silam, namun
ketersediaannya justru menurun. Akibatnya, terjadi kelangkaan air yang harus
ditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi. Kondisi ini diperhitungkan akan terasa kian parah
menjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang
mengalami kelangkaan air secara absolut. Kekurangan air telah berdampak negatif
terhadap semua sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang
higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Begitu
rumitnya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat
nanti, akan terjadi “pertarungan” untuk memperebutkan air bersih.
Krisis air bersih saat ini telah melanda Indonesia, padahal
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber air
berupa hutan. Indonesia memiliki enam persen persediaan air dunia atau sekitar
21% dari persediaan air Asia Pasifik, namun pada kenyataannya dari tahun ke
tahun Indonesia mengalami krisis air bersih. Indikasi krisis air bersih dapat dilihat dari kondisi air yang tersedia yang
dicirikan oleh kualitas (mutu) air dan ketersediaan (volume) air yang semakin
terbatas.
Dalam diskusi tengah tahun
yang diadakan Yayasan AHKAM, akan dibahas beberapa hal yang dianggap sangat
relefan untuk diketahui yaitu:
1.
Syarat-syarat
air bersih dan potensi ketersediaan air?
2.
Kerusakan apa
saja yang telah dilakukan oleh manusia sehingga lingkungan mengalami krisis air
bersih ?
3.
Apa saja dampak
yang ditimbulkan dari krisis
air bersih di Indonesia.?
4.
Upaya-upaya apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi
krisis air bersih?
Pengertian Air dan Syarat-syarat Air Bersih
Yang
dimaksud dengan air dalam pembahasan ini adalah semua air yang terdapat di atas ataupun
di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan. Air
Bersih (clean water) adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak atau dimatikan kuman dan zat-zat
berbahaya terlebih dahulu. Air Minum (drinking
water) adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Air permukaan adalah semua air yang
terdapat pada permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan
tanah. Sumber air
adalah tempat atau wadah air alami atau buatan yang terdapat di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah.
Air
merupakan zat kimia yang tergolong amat penting bagi semua bentuk kehidupan
makhluk hidup. Sampai saat ini, planet yang
mengandung air untuk kehidupan makhluk secara cukup adalah bumi.
Ketersediaan air di bumi cukup banyak. Air menutupi hampir
71% permukaan bumi, karena itu planet bumi juga dapat disebut sebagai planet
air sebagai penyangga kehidupan.
Beberapa
persyaratan air yang dapat dijadikan sebagai air minum sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI, yaitu harus bebas dari bahan-bahan anorganik dan organik. Artinya,
kualitas air minum harus bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya dan
sebagainya. Parameter kualitas air minum yang berhubungan langsung dengan
kesehatan sesuai Permenkes tersebut adalah berhubungan dengan mikrobiologi,
seperti bakteri E.Coli dan total koliform. Yang berhubungan dengan
kimia organik berupa arsenik, flourida,
kromium, kadmium, nitrit, sianida dan selenium.
Sedangkan parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan, antara
lain berupa bau, warna, jumlah zat
padat terlarut (TDS), kekeruhan, rasa, dan suhu. Adapun untuk parameter kimiawi berupa aluminium, besi, khlorida, mangan, pH, seng,
sulfat, tembaga, sisa khlor dan ammonia.
Siklus Air dan Potensi Air
Air merupakan
zat cair yang dinamis bergerak dan mengalir melalui siklus hidrologi yang
abadi. Siklus tersebut adalah: Pertama,
penguapan dari laut ke udara sebanyak 502.800 km3 dan penguapan dari daratan
sebanyak 74.200 km3 per tahun. Kedua,
curah hujan yang berasal dari penguapan air dari laut dan darat, yang jatuh ke
laut sebanyak 458.000 km3 dan ke daratan 119.000 km3 per tahun. Ketiga, air daratan berjumlah 44.800 km3
terbagi menjadi 42.700 km3 mengalir di permukaan tanah dan 2,100 km3 mengalir
di dalam tanah selanjutnya semua berkumpul di laut. Volume air di udara yang
jatuh sebagai hujan cukup berlimpah. Namun ketika hujan mencapai bumi yang
menjadi aliran mantap dan meresap kedalam bumi hanya 25%, selebihnya hampir
tiga perempat bahagian terbuang percuma ke laut. Ini menunjukkan bahwa sumber
daya air perlu dikelola dengan cara-cara yang benar.
(Koedatie dan Sjarief,2005)
Air tawar
sebagai air bersih, bersumber dari curah hujan yang kemudian tertampung pada
danau, situ, sungai, maupun cekungan tanah. Indonesia memiliki lebih dari 500
danau dengan danau Toba sebagai danau terluas yang memiliki luas lebih dari 110
ribu hektar. Cekungan air di Indonesia
diperkirakan mempunyai total volume sebesar 308 juta
meter kubik. Dari data tersebut Indonesia tidak terbantahkan sebagai negara
yang kaya akan ketersediaan air. Sayangnya potensi ketersediaan air bersih dari
tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan
pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar
15–35% per tahun.
Kualitas air berkaitan dengan kelayakan
pemanfaat air untuk berbagai kebutuhan. Kualitas
air juga berhubungan dengan volume dan daya pulih air (self purification)
untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu.
Dan kelayakan air, terutama untuk
minum, Indonesia sudah sangat
memprihatinkan dan diperhitungkan saat ini telah mencapai
ambang batas nilai kesehatan akan mengancam kehidupan manusia secara luas.
Bumi
sebenarnya masih mempunyai banyak persediaan air tetapi hanya sedikit sekali
air yang layak dikonsumsi. Berdasarkan laporan World Commission On Water, dalam 20 tahun ini, air yang dibutuhkan
untuk konsumsi dunia, baik air minum maupun air untuk mengairi tanaman, sudah tidak
cukup lagi. Hanya 2,5 persen saja air di dunia
yang tidak mengandung garam. Dan dua pertiga dari jumlah itu terkubur
dalam gunung es dan glasier.
Kebijakan Pemerintah Terkait Sumber Daya Air
Penggunaan
sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara
berkelanjutan dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara
adil. Namun penggunaan sumber daya air pada akhir-akhir ini tidak terjadi
keseimbangan antara peningkatan kuantitas air yang diinginkan dengan realitas
kualitas air yang terjadi. Kejadian krisis air bersih yang melanda sebagian
besar kota-kota merupakan pekerjaan rumah pemerintah untuk mengatasinya. Upaya
menangani kasus tersebut tercermin dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2004 Bab II pasal 21 tentang konservasi sumber daya air yang ditujukan
untuk menjaga kelangsungan keberdayaan daya dukung, daya tampung dan fungsi
sumber daya air. Kegiatan konservasi atau perlindungan dan pelestarian sumber
daya air, sebagai berikut:
· Pemeliharaan
kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air.
· Pengendalian
pemanfaat sumber air.
· Pengisian
air pada sumber.
· Pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi.
· Perlindungan
sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan
pada sumber air.
· Pengendalian
pengolahan tanah di daerah hulu.
· Pengaturan
daerah sempadan sumber air.
· Rehabilitasi
hutan dan lahan, pelestarian
hutan lindung, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam.
Krisis Air Bersih
Di
Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai lebih 200 juta, kebutuhan air bersih
menjadi semakin mendesak. Kecenderungan konsumsi air diperkirakan terus naik
hingga 15-35 persen per kapita per tahun. Sedangkan ketersediaan air bersih
cenderung melambat (berkurang) akibat kerusakan alam dan pencemaran. Sekitar
119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih (Suara
Pembaruan – 23 Maret 2007). Penduduk Indonesia yang bisa mengakses air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari, baru mencapai 20 persen dari total penduduk
Indonesia. Itupun yang dominan adalah akses untuk perkotaaan. Artinya masih ada
82 persen rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air yang tak layak secara
kesehatan.
Di bawah ini
terdapat dua cuplikan peristiwa yang
menunjukkan bahwa krisis air bersih atau ancaman kelangkaan air memang betul-betul terjadi.
Contoh Kasus Krisis Air Bersih di
Perkotaan dan di Pedesaan pernah diungkapkan oleh Media beberapa waktu lalu.
Ungkapan itu disajikan sbb:
Pertengahan
Februari 2007, warga di kawasan Jakarta Utara mengeluhkan kenaikan harga air
yang gila-gilaan. Seperti dilaporkan sejumlah media, harga air bersih di
sebagian wilayah Jakarta Utara naik sampai lima kali lipat dari harga
sebelumnya. “Dulu harga per gerobak (isi 6 jeriken) hanya 10 ribu. Sekarang
naik jadi 50 ribu,” ujar warga didaerah itu. Kelangkaan
dan kenaikan harga air gerobakan itu
terjadi akibat terputusnya aliran yang
disalurkan melalui PAM. Kelangkaan air di sejumlah daerah tersebut tentu sangat menyengsarakan rakyat karena air adalah
kebutuhan yang sangat utama dalam kehidupan..
Di Kabupaten
Bandung, Jawa Baratpun krisis air
juga terjadi. Warga di sana kebanyakan menampung air hujan dari atap rumah ke dalam
jeriken-jeriken plastik untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Menurut warga kelangkaan air itu disebabkan karena sarana dan prasarana yang tidak tersedia, tetapi banyak juga daerah
terpencil disamping kesulitan tidak tersedia
air bersih, juga karena infrastruktur yang buruk ditambah lokasi yang terpencil
menyebabkan masyarakat kesulitan
mengakses sarana pendidikan dan kesehatan. Anehnya, dahulu banyak daerah memiliki sumber
sarana air alam misalnya ada mata air yang terletak di perbukitan misalnya yang bisa mengalirkan air saat kemarau. Tapi sekarang di banyak daerah, mata air itu berhenti mengalir. Akibatnya, masyarakat menjadi sangat kesulitan air, dan mereka tidak
jarang untuk mendapatkan air bersih harus berjalan kaki berkilo-kilo meter ke mata air
terdekat.
Keadaaan seperti itu telah jamak terjadi. Di Acehpun fenomena apa yang
diungkapkan media tersebut nyata terlihat di masyarakat, bukan hanya di
perkotaan tetapi juga banyak dijumpai di pedesaan. Di perkotaan seperti di
Banda Aceh krisis air bersih karena PAM macet sudah amat sering terjadi, bukan
hanya didaerah pinggiran, tetapi tidak jarang dijumpai dipusat kota. Krisis air
bersih seperti itu sangat menyulitkan masyarakat, sehingga tidak sedikit biaya
tambahan yang dukeluarkan untuk memenuhi kebutuhan primer itu.
Di desa-desa di Aceh sangat jamak diketahui bahwa pola konsumsi air bersih
masih tergolong sangat rendah. Banyak penduduk pedesaan mengkonsumi air tanah
dengan kualitas air yang tergolong rendah. Banyak air sumur masyarakat pedesaan
di daerah pesisir terkontaminasi dengan berbagai unsur lain, misalnya
aluminium, besi, atau tingkat kekeruhan yang sangat tinggi, serta dipengaruhi
aleh bau payau atau lagang yang secara normal sangat mengganggu.
Penyebab Terjadinya Kelangkaan
Air Bersih
a.
Perilaku
Manusia
Faktor utama
krisis air adalah perilaku manusia. Masyarakat pada umumnya tidak memahami
prinsip perlindungan sumber air minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala
lingkungan, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara
bersama. Kebutuhan akan sumber daya air semakin meningkat pesat dan dis
isi lain
kerusakan dan pencemaran sumber daya air semakin meningkat pula sebagai implykasi
industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tidak disertai dengan penyebaran yang
merata sehingga menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani
fasilitas air bersih. Meningkatnya jumlah populasi juga berdampak pada sanitasi
yang buruk yang akan berpengaruh besar pada kualitas air.
Mengenai
kerusakan-kerusakan alam ini Allah telah memperingatkan yang telah tercantum
dalam Kitab Suci Al Quran pada surat Ar-Rum (30): 41, dan itu telah disampaikan 14 abad yang silam, yang antara lain
berbunyi :
ظَهَرَالْفَسَادُفِيالْبَرِّوَالْبَحْرِبِمَاكَسَبَتْأَيْدِيالنَّاسِلِيُذِيقَهُمبَعْضَالَّذِيعَمِلُوالَعَلَّهُمْيَرْجِعُونَ
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)”.
Kesadaran
adanya saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya dapat membuat kita lebih
menghargai semua ciptaan Tuhan.
b.
Kerusakan
Lingkungan
a.
Penggundulan Hutan
Kerusakan
lingkungan yang semakin parah akibat penggundulan hutan merupakan penyebab
utama kekeringan dan kelangkaan air. Kawasan hutan yang selama ini menjadi
daerah tangkapan air (catchment area) telah rusak karena penebangan liar. Laju
kerusakan di semua wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggundulan
di hulu maupun pencemaran di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Kondisi ini
akan mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air
bersih.
b.
Global Warming
Pemanasan global telah memicu
peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub,
berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan juga akan memengaruhi pola cuaca, perubahan waktu, serta
tempat di mana hujan dan salju akan jatuh. Seiring dengan semakin panasnya permukaan bumi, tanah
tempat di mana air berada juga akan cepat mengalami penguapan untuk mempertahankan siklus
hidrologi. Air permukaan juga mengalami penguapan semakin cepat sedangkan
balok-balok salju yang dibutuhkan untuk pengisian kembali persediaan air tawar
justru semakin sedikit dan kecil. Ketika salju mencair tidak menurut musimnya
yang benar, maka yang terjadi bukanlah salju mencair dan mengisi air ke danau,
salju justru akan mengalami penguapan. Danau-danau itu sendiri akan menghadapi
masalahnya sendiri ketika airnya tidak lagi membeku. Air akan mengalami
penguapan yang jauh lebih lambat ketika permukaannya tertutup es, sehingga ada
lebih banyak air yang tersisa dan meresap ke dalam tanah. Ketika terjadi
pembekuan yang lebih sedikit, artinya semakin banyak air yang dilepaskan ke
atmosfer. Maka, ketika gletser yang tersisa dari zaman es mencair semua,
sungai-sungai akan kehilangan sumber air.
c.
Pencemaran Air
Saat ini pencemaran air sungai,
danau dan air bawah tanah meningkat dengan pesat. Pencemaran air sebagian besar
diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah
pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman merupakan
segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga.
Limbah pemukiman dapat berupa sampah organik (kayu, daun dan lainnya), dan
sampah nonorganik (plastik, logam, dan
deterjen). Limbah pertanian merupakan segala bahan pencemar yang dihasilkan
aktifitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah
industri merupakan segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri
yang sering menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3). Sehingga memunculkan
prediksi bahwa separuh dari populasi di dunia akan mengalami pencemaran
sumber-sumber perairan dan juga penyakit berkaitan dengannya. Diperkirakan, 60
persen sungai di Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi,
tercemar berbagai limbah, mulai dari bahan organik hingga bakteri coliform dan fecal coli penyebab diare.
Manajemen Pengelolaan Air
yang Kurang Baik
a.. Kurangnya koordinasi antara institusi terkait
Departemen
Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap infrastruktur air, Departemen Dalam
Negeri mengurusi pentarifan air, Departemen Kehutanan bertanggung jawab
terhadap konservasi sumber daya air, sedangkan masalah kualitas air oleh
Departemen Kesehatan. Banyaknya institusi yang terlibat dan tumpang-tindihnya
pengambilan kebijakan tentang air oleh berbagai departemen yang ada ditambah
lagi dengan kurangnya koordinasi antara institusi tersebut menyebabkan
kegagalan program pembangunan di sektor air.
b. Anggaran yang tidak mencukupi
Menurut Departemen
Kesehatan, selama 30 tahun terakhir, anggaran yang dialokasikan untuk
perbaikan sanitasi (termasuk penyediaan air bersih) hanya sekitar 820 juta
dolar AS atau setara Rp 200 per orang per tahun. Padahal kebutuhannya mencapai
Rp 470 per rupiah per tahun. Dari anggaran tersebut terlihat pemerintah belum
melihat anggaran untuk perbaikan sanitasi sebagai investasi tetapi mereka melihatnya
sebagai biaya. Padahal menurut perhitungan WHO dan sejumlah lembaga lain setiap
US$ 1 investasi di sanitasi dan air bersih akan memberikan manfaat ekonomi
sebesar US$ 8 dalam bentuk peningkatan produktivitas dan waktu, berkurangnya
angka kasus penyakit dan kematian.
Dampak Krisis Air Bersih
Berdasarkan
data WHO (2000), diperkirakan terdapat lebih 2 milyar manusia per hari terkena
dampak kekurangan air lebih dari 40 negara di dunia. Sekitar 1,1 milyar tidak mendapatkan air yang memadai dan 2,4 milyar tidak
mendapatkan sanitasi yang layak. Sedangkan pada tahun 2050 diprediksikan bahwa
1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih (Gardner-Outlaw
and Engelman, 1997 dalam UN, 2003). Pencemaran air di Indonesia menimbulkan
kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup
biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra
buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi. Dampak lainnya adalah
terganggunya lingkungan hidup, ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Air yang
tercemar dapat mematikan berbagai organisme yang hidup di air.
Dampak Bagi Kesehatan
Terdapat 20-30
jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam air.
Penelitian WHO mengenai hubungan penyediaan air bersih dan sanitasi dengan
kesehatan, mengemukakan beberapa penyakit seperti: kolera, hepatitis, polimearitis, typoid, disentrin trachoma, scabies,
malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan berhubungan sangat erat dengan
higenitas air. Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan besar disebabkan oleh
pengelolaan air dan sanitasi yang buruk, yakni diare, tipus, polio dan
cacingan.
Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi krisis Air Bersih
Berdasarkan
kondisi air (kualitas maupun ketersediaan), potensi negara ini sebagai negara
kaya air terus menurun. Setiap kali musim kemarau tiba berbagai daerah
mengalami kekeringan air. Bahkan ketika musim penghujan pun krisis air bersih
tetap mengintai lantaran surplus air yang kerap mengakibatkan banjir sehingga
sumber air tidak dapat termanfaatkan. Krisis air bersih membuat sebagian besar
penduduk terpaksa mengkonsumsi air yang seharusnya tidak layak minum. United
States Agency for International Development (USAID) dalam laporannya
(2007), menyebutkan, penelitian di berbagai kota di Indonesia menunjukkan
hampir 100 persen sumber air minum kita tercemar oleh bakteri E Coli dan Coliform.
Untuk mengatasi
krisis air bersih dapat dilakukan beberapa upaya penyelamatan lingkungan,
termasuk di antaranya penyelamatan sumber-sumber air, harus dilakukan
secara terintegrasi dan berkelanjutan. Upaya penyelamatan lingkungan demi
mengatasi krisis air bersih dapat dilakukan melalui:
- · Menggalakkan gerakan hemat air.
- · Menggalakkan gerakan menanam pohon seperti one man one tree (selama daur hidupnya pohon mampu menghasilkan 250 galon air).
- · Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai (DAS).
- · Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, embung, dan waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
- · Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori.
- · Mengurangi pencemaran air baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian maupun pertambangan.
PENUTUP
Air
bersih merupakan salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau digunakan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, termasuk sanitasi. Air minum harus memenuhi
beberapa persyaratan, di antaranya tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna,
dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum
oleh manusia, tepai dalam banyak hal terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri atau
zat-zat berbahaya. Bahkan, meski bakteri tersebut dapat dibunuh melalui
pemasakan air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak
dapat dihilangkan dengan cara ini.
Menurut ahli hidrologi, krisis air disebabkan oleh rusaknya ekologi hutan,
irigasi berlebihan, kebocoran suplai air kota, polusi air sungai, dan ekstraksi
air yang tak terkendali dari berbagai sumber.
Penyebab
lain dari terjadinya krisis air bersih ini antara lain: perilaku manusia dalam
penggunaan air, populasi yang terus bertambah dan sebaran penduduk yang tidak
merata, kerusakan lingkungan, global warming, manajemen pengelolaan air yang
buruk, anggaran yang tidak mencukupi, serta buruknya kinerja PAM/PDAM. Krisis
air bersih ini juga memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kehidupan
masyarakat diantaranya dampak bagi kesehatan yaitu timbulnya berbagai macam
penyakit dan dampak ekonomi yaitu sulitnya air bersih didapatkan terutama bagi
rakyat miskin.
Upaya menyelematkan
kelestarian air perlu dilakukan dengan menjaga lingkungan, terutama ekologi
hutan. Hutan merupakan penyimpan air yang sangat besar di bumi. Tanpa hutan,
air yang turun sebagai hujan akan terbuang percuma ke laut. Adanya gerakan
pelestraian hutan melalui penenaman pohon merupakan salah satu upaya penyediaan
air secara cukup dibumi. Dan penyelamatan lingkungan dan hutan tersebut tidak
hanya dilakukan oleh sekelompok orang dalam satu kawasan bumi atau negara,
tetapi seluruh negara di dunia perlu mengambil bahagian yang nyata sehingga
bumi ini menjadi nyaman untuk ditempati dan bencana terhadap kehidupan dapat
diperkecil.
Air
merupakan elemen yang terpenting dalam kehidupan di muka bumi. Berbagai hal
yang dilakukan makhluk hidup berhubungan dengan air. Untuk mengatasi krisis air
bersih perlu upaya penyelamatan lingkungan, termasuk penyelamatan sumber-sumber
air yang harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Selain itu,
peran serta masyarakat sangat besar, hal paling mudah adalah dengan tidak
membuang limbah rumah tangga ke sungai. Tanpa upaya bersama, mustahil kita bisa
mencegah permasalahan kelangkaan air bersih.
Bumi akan rusak akibat ulah kita
sendiri, bencana-bencana serta kerusakan-kerusakan yang ada sekarang ini di sebabkan oleh kita
sendiri, dan juga termasuk krisis air bersih yang sedang melanda bumi ini. Apapun
itu mari kita mulai dari diri kita setidaknya untuk membuat lingkungan
disekitar kita jadi lebih nyaman untuk dihuni. Semoga bumi dan alam ini masih
bisa lama dinikmati oleh kita dan anak cucu kita nanti. Ingat saudara
kelangsungan alam ini tergantung pada apa yang kita lakukan untuk alam ini.(**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar