Jumat, 22 November 2013

Psikologi Kognitif dan terapannya dalam Penyuluhan Pertanian



Teori Psikologi Kognitif dan terapannya
dalam Penyuluhan Pertanian

Oleh: Eshar.

Pengantar.
Tulisan ini disiapkan atas permintaan beberapa teman penyuluh  dan yayasan Syech H. Abdul Hamid Kamal, karena mereka sedang  menyiapkan pertemuan penyuluh  yang akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010. Sejak jauh-jauh hari  pihak pelaksana telah menghubungi kami untuk meminta agar  dapat mrnyiapkan suatu materi spesifik yang dapat digunakan pegangan oleh penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan kepenyuluhan di daerah. Permintaan tersebut kami penuhi dengan menyiapkan materi yang terkait dengan proses kejiwaan seseorang dalam menerima berbagai informasi, termasuk informasi yang disampaikan melalui penyuluhan pertanian. Materi ini dibahas dan disajikan secara sederhana mengingat peserta pertemuan yang sangat beragam dengan dasar pengetahuan yang juga relatif berbeda. Semoga informasi sederhana ini dapat mengisi ruang pertemuan ini dengan manfaat dan dapat diaplikasikan.


Prinsip Dasar Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikir­an, bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengeta­hu­an. Psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi. Tingkah laku sese­o­rang didasarkan pada tindakan mengenal dan memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.
Prinsip dasar psikologi kognitif :
· Belajar aktif
· Belajar lewat interaksi sosial
· Belajar lewat pengalaman sendiri
Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex Weithei­mer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan.
Ada 2 hukum wajib dalam teori Gestalt:
· pragnaz (kejelasan)
· closure (totalitas)
Konsep yang penting dalam teori ini dalah Insight, yaitu: pengamatan atau pemahaman menda­dak terhadap hubungan antara bagian-bagian di dalam suatu situasi masalah.
         Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin.
Didasarkan pada teori Gestalt, Lewin mengembangkan teori belajar berdasarkan Life Space (psikologis dari kehidupan individu). Masing-masing individu berada di dalam medan kekuatan psikologis, medan itu dinamakan Life Space yang terdiri dari dua unsur yaitu kepribadian dan psikologi social.
Ia menyatakan bahwa tingkah laku belajar merupakan usaha untuk mengadakan reor­ga­ni­sasi atau restrukturisasi dari isi jiwa. Tingkah laku merupakan hasil dari interaksi antar kekuatan dari dalam (tujuan, kebutuhan, tekanan batin, dan sebagainya) maupun dari luar (tantangan, dan permasalahan).
Cognitive Development dari Jean Piaget.
Dalam teorinya, Jean Piaget memandang bahwa proses berfikir seseorang sebagai aktivitas gradual dari fung­si intelektual dari sesuatu yang konkret menuju ke abstrak. Ia memakai istilah Scheme: pola tingkah laku yang dapat diulang. Tiori ini didasarkan pada keadaan yang berhubungan dengan:
· Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
· Scheme mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan yang dapat diamati)
      Menurut Jean Piage, perkembangan kognitif individu meliputi empat tingkat yaitu :

1)    sensory motor;
2)    pre operational;
3)    concrete operational dan
4)    formal operational
Perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap pula yaitu:
1)    Kematangan
2)    Pengalaman fisik/lingkungan
3)    Transmisi social
4)    Equilibrium/self regulation
      Lebih lanjut Jean Piaget merumuskan, intelegensi itu terdiri dari tiga aspek, yaitu:
1)   struktur (scheme) : pola tingkah laku yang dapat diulang
2)   isi (content) : pola tingkah laku yang spesifik (saat menghadapi masalah)
3)   fungsi (function) : berhunbungan dengan cara seseorang untuk mencapai kemajuan inte­lektual.
Pembelajaran Menurut JA Brunner (Discovery Learning)
Teori Brunner menyatakan bahwa orang harus berperan secara aktif dalam mendapatkan pengetahuan. Maksud dari Discovery Learning yaitu seseorang yang bertindak sebagai sumber informasi harus mampu mengorganisasikan metode penyajian dengan cara sederhana sehingga penerima informasi dapat menerima dan mempelajarinya sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki.
      The act of discovery dari Burner:
                           Sesuatu informasi yang disampaikan dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan, keahlian dari penerima serta dapat mengubah prilakunya, maka setelah informasi tersebut disampaikan akan terjadi perubahan yang nyata dalam bentuk:
a.         Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual
b.        Ganjaran intrinsic lebih ditekankan daripada ekstrinsik
c.         Seseorang yang mendapatkan informasi/materi dapat memahaminya secara baik,
d.        Penerima materi informasi lebih senang mengingat-ingat informasi tersebut
e.         Penyuluh/penyaji informasi mampu mengidentrifikasi kemampuan penguasa­an materi oleh penerima informasi dan memahami hambatan yang dialami.
Selain ketiga tokoh diatas, Ausubel seorang ahli pendidikan masyarakat dari Eropa juga berpengaruh dalam psikologi kognitif. Dia mengungkapkan teori ekspository teaching, yaitu materi pembelajaran dapat diorganisasikan atau disajikan secara baik agar dapat menghasilkan pengertian dan resensi yang baik pula. Teori ini relatif sama dengan discovery learning.
Implikasi teori Psikologi kognitif
Penerapan dan implikasi teori perkembangan kognitif Jean Piaget dalam penyuluhan adalah:
a.         Bahasa, tingkat pendidikan, dan cara berfikir setiap orang berbeda. Oleh karena itu, penyuluh dapat menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir penerima.
b.        Penerima informasi dapat memahami setiap materi yang disampaikan secara lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Penyuluh harus membantu penerima materi agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.         Bahan yang harus dipelajaripun hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.        Berikan peluang agar penerima materi penyuluhan sesuai tahap perkem­bang­an kemampuan dan pengetahuannya.
e.         Di dalam penyuluhan, hendaknya setiap peserta diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi.
Pengaplikasian teori kognitif dalam penyuluhan bergantung pada akomodasi. Kepada peserta harus diberikan materi yang belum diketahui atau sekurang-kuragnya belum difahami agar mereka dapat serius mengikutinya. Harus diketahui bahwa orang tidak akan serius mengikuti materi penyuluhan jika materi yang disampaikan telah diketahui. Oleh karena itu, materi penyuluhan haruslah disusun sedemikian rupa sehingga selalu tampak baru. Boleh saja menyajikan materi yang telah jamak diketahui oleh peserta penyuluhan, tetapi melalui penyajian yang berbeda dengan menambah hal-hal yang baru baik bersumber dari hasil penelitian maupun pengalaman. Dengan demikian peserta penyuluhan dapat mengikuti setiap materi dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk mema­ha­minya, dan berusaha pula untuk mengadopsinya dalam usahatani. Bukankah harapan penyuluh agar setiap materi dapat dipahami, diterima, diadopsi, diterapkan dalam berusaha­ tani. Suatu hal yang sangat membanggakan penyuluh jika para petani telah mampu me­ngelola usahataninya secara ekonomis, efisien, dan selalu berorientasi kepada keuntungan dan pendapatan yang layak. Melalui upaya itu, penyuluh mampu mengantarkan petani untuk hidup layak, makmur dan sejahtera. Karena penyuluh adalah guru petani, maka mengaplikasikan aspek-aspek kejiwaan dalam penyuluhan menjadi sangat penting. Untuk memudahkan pemahaman terhadap aspek kejiwaan dalam penyuluhan tulisan ini disajikan. (*).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar