Sabtu, 07 Desember 2013

BUDIDAYA CABE



BUDIDAYA CABE

Tanaman cabe merah (Capsicum annuum L.) sangat dibutuhkan sebagai bumbu masa­kan. Untuk memudahkan pelaksa­naan­nya, berbagai industri telah mempruduksi ekstrak cabe secara instan baik dalam bentuk bubuk, saus dan lain-lain.
Maasalahnya adalah usahatani cabe merah yang dilakukan petani masih berproduksi rendah, jadwal tanaman belum tepat, kuali­tas produksi relative rendah, sehingga harga jualnyapun masih belum menguntungkan. Bebe­rapa kendala itulah yang menyebabkan usahatani cabe belum memberikan man­faat yang baik bagi petani. Umum­nya petani belum merencanakan ember usahataninya dengan tepat sehingga banyak usahatani cabemerah harga jual produksi menjadi jatuh bahkan tidak terjual samasekali. Perlu diingat bahwa setiap usahatani mem­punyai pasar yang sifatnya in ember. Artinya, untuk men­dapatkan produksi pertanian tidak diperoleh dalam waktu cepat, tetapi memerlukan jang­ka waktu tertentu. Sangat keliru jika pena­naman tanaman hanya didasarkan pada ma­halnya harga saat ini. Karena harga tinggi hari ini, tidak menjamin tetap tinggi sampai produksi dihasilkan. Inilah yang menye­bab­kan banyak usahatani yang dikelola tanpa perencanaan tidak banyak ember keun­tungan bahkan gagal panen.
Ada beberapa keuntungan jika usa­ha­tani di­ren­canakan dengan baik; dapat meng­op­ti­mal­kan pemanfaatan lahan,  meningkatkan pro­duksi dan mutu, he­mat biaya dengan mene­rapkan tekno­logi yang tepat, menjaga kelestarian lahan usahatani, dan me­ning­kat­kan pen­dapatan.

Teknologi Usahatani Cabe Merah.
1.     Penentuan varietas yang ditanam.
Lakukan penentuan varietas cabe merah yang cocok untuk diusaha­kan. Beberapa varietas yang cocok untuk Aceh:

No
Varietas
Prod/btg/kg
1.
Hot beauty (457)
1.2 – 1.4
2.
Long chili (455)
1.5 – 2.0
3.
Hero (459)
1.9 – 2.1
4.
Ever flover (462)
1.2 – 1.5
5.
Passion (451)
1.3 – 1.4
6.
Amando
0.8 -  1.2
7.
Red beauty
1.0 – 1.1
8.
Hot chili
1.2 – 1.4
9.
Wonder hot
1.2 – 1.5
10.
TM.888
1.1 – 1.4
11.
TM.999
0.8 – 1.2
12.
Maraton
1.0 – 1.5
13.
CTH-01
1.2 – 1.6
14.
Arimbi
1.0   – 1.2


2.     Pembibitan.
Benih cabe disemai dalam polibag ter­le­bih dahulu. Siapkan polibag ukuran kecil, isi dengan campuran tanah dan pupuk kandang/kompos 1:1.
Sebelum disemai, benih direndam dalam larutan fungisida selama 10 – 12 jam un­tuk mencegah gangguan hama dan pe­nyakit terutama cendawan. Selanjutnya benih disemai dalam polibag, dan salan­jutnya dilakukan penyiraman dan pera­watan secara teratur. Bibit dapat ditanam di kebun setelah berumur 18 – 25 hari.
3.     Pengolahan tanah.
Tanah kebun dibajak dengan baik se­hingga gembur. Buat bedengan  panjang 10 – 12 m, lebar 1.1 – 1,2 m, dengan tinggi bedengan antara 40 – 40 cm (musim kemarau) dan 50 – 70 cm (musim hujan). Jika pH < 5 (rendah) berikan kapur 5 ton/ha. Selanjutnya berikan pupuk kandang 15 ton/ha, urea 100 kg/ha, Superphose  200 kg/ha,  KCl 150 kg/ha, NPK 150 kg/ha, Borat 10 kg, dan PPC/ZPT. ZPT yang sering digunakan Dharmasri 60 ml/500 liter air atau Hidrasil 0.2 ml/liter air. Sedangkan PPC dari jenis Gandasil D & B sebanyak 1.5 g/liter air. Dapat juga ditambah dengan Atonik  750 cc/ha. Pupuk kandang diberikan seluruhnya se­belum tanam sedangkan pupuk anorganik lainnya 40 % diberikan sebagai pupuk dasar, selebihnya 30 % pada saat ta­naman berumur 30 hari dan sisanya 30 % lagi diberikan pada umur tanaman 60 hari. Sedangkan ZPT/PPC diberikan 10 hari sekali sejak awal pertumbuhan sam­pai akhir masa produktif. 
Setelah pemupukan dasar, diatas be­dengan pasang mulsa plastik hitam perak atau mulsa jerami. 7 – 10 hari kemudian baru bibit cabe ditanam. Lubang tanam telah disiapkan 3 – 5 hari sebelum tanam. Jarak  tanam 50 x 60 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm tergantung varietas. Tanaman cabe ditanam pada pagi atau sore hari dengan baik dan lakukan penyiraman secara teratur. Jika ada bibit mati, segera lakukan penyulaman dengan bibit se­umur. Pada umur tanaman 10 –12 hari buang tunas samping yang keluar dari ketiak daun, hal itu dilakukan sampai ta­naman keluar cabang.

4.  Pemasangan ajir  (Tawo).
 Ajir atau tawo dipasang untuk men­cegah tanaman rebah. Tawo dapat dibuat dari kayu atau bambu. Tawoo dipasang saat tanaman berumur satu bulan. Tawo dipasang secara baik. Tiang ajir/tawoo terletak diantara barisan tanaman. Ukuran ajir/tawoo adalah 125 – 150 cm.
5.  Pengairan/penyiraman.
 Jika sumber air tersedia, pada saat tanaman masa pertumbuhan vegeta­tive (umur <40 hari) terutama dimusim kemarau pengairan dapat dilakukan secara teratur  pada sore hari yaityu de­ngan menggenangkan saluran antar bedeng. Jika sumber air tidak tersedia secara cukup, dilakukan penyiraman secarav teratur pagi dan sore hari.
6.  Pengendalian hama penyakit. 
Pengendalian hama penyakit menganut system pengendalian hama penyakit secara terpadu (system PHT). Yang paling penting adalah mengenal jenis hama dan penyakit, gejala serangan dan system pengendalia
nnya. (baca pada leaf leet lain dari BKP2). Untuk itu falsafah “mencegah lebih baik dari mengobati” perlu dite­rapkan. Karenanya lakukanlah kegiatan yang tepat mulai dari penentuan jadwal tanam dan rawatlah tanaman dengan baik. Bukankah jika gangguan hama penyakit mampu dicegah merupakan 60 – 70 % keberhasilan usahatani telah dapat diraih.
7.  Pemanenan dan penanganan hasil.
Pemanenan dilakukan sesuai dengan permintaan pasar. Jika pasar me­ngi­nginkan cabe hijau, maka pemanenan dilakukan setelah cabe tersebut relative tua. Akan tetapi kebanyakan cabe dipanen setelah berwarna merah. Untuk itu pemenenan dilakukan dengan me­milih cabe  yangt sudah cukup tua dan berwarna merah. Boleh juga dipanen buah yang telah cukup tua tetapi belum seluruhnya berwarna merah.
Cabe hasil panenan tersebut dimasuk­kan kedalam wadah yang tidak basah atau lembab serta memiliki aerasi yang baik, misalnya keranjang rotan, keran­jang plastic atau goni.
Hindari cabe yang telah dipanen terkena matahari langsung. Sebaiknya, cabe setelah dipanen diletakkan ditempat yang teduh sehingga dapat diper­pan­jang masa segar.
Perlu peningkatan mutu dari hasil panenan. Jika mutu panenan baik tentu saja harganyapun akan baik. Agar harga jual menguntungkan dan tidak rendah, lakukan penanaman secara berke­lom­pok dengan luas areal terpenuhi skala ekonomi. Sebaiknya satu kelompok usaha memenuhi 3 – 5 ha sehingga pemasarannya akan lebih mudah di­lakukan.
(Eshar,2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar