TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA
KEONG MAS
PENDAHULUAN
Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan
yang harus terpenuhi kecukupannya untuk menunjang kelangsungan hidup sebahagian
besar penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk mempertahankan kecukupan
pangan adalah melalui pengendalian faktor-faktor pembatas. Salah satu faktor
pembatas yang penting adalah serangan hama penyakit.
Keongmas merupakan salah satu hama penting pada
tanaman padi di Indonesia. Di Daerah Istimewa Aceh misalnya, keongmas telah
menjadi hama utama, terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat serangan hama
tersebut pun tergolong cukup tinggi. Serangan berat umumnya terjadi di
persemaian sampai tanaman berumur di bawah 4
MST. Pada tanaman dewasa, gangguan keongmas hanya terjadi pada anakan sehingga
jumlah anakan produktif menjadi berkurang.
Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh
waktu 7-4 hari (Pitojo, 1996). Di samping
itu, satu ekor keongmas betina mampu menghasilkan 15 kelompok lelur selama satu
siklus hidup (60-80 hari), dan masing-masing kelompok telur berisi 300-500
butir (Anonymous, 1993). Seekor keongmas dewasa mampu menghasilkan 1000-1200
telur per bulan (Anonymous, 1995).
Kerugian yang ditimbulkan oleh hama ini cukup besar.
Tahun 1989 di Filipina misalnya, kerusakan tanaman padi mencapai 400.000 ha. Di
Indonesia gangguan hama keongmas juga cukup signifikan.
Di Kabupaten Lampung Selatan (1992), keongmas merusak
tanaman padi seluas 400 ha dengan kepadatan populasi antara 2-32 ekor per meter
persegi (Anonymous, 1992).
Di Kabupaten Aceh Besar (1998), keongmas menyerang
tanaman padi lebih dari 10.000 ha. Hal yang sama juga terjadi di Aceh Utara dan
Aceh Timur sehingga banyak tanaman padi gagal panen. Untuk mengatasi perkembangan
hama ini secara luas perlu dicari teknologi pengendalian yang tepat serta efektif, sehingga perkembangan
keongmas dapat ditekan berada di bawah
ambang ekonomi.
Beberapa teknologi pengendalian telah dikaji oleh LPTP
Banda Aceh tahun 1999 dan 2000, yaitu pengendalian secara Mekanik (pemungutan
secara berkala 3 kali seminggu), pengendalian secara biologi (pelepasan itik
dan perangkap telur dan pengendalian secara kimia (pestisida Brestans, Pegasus
dan Saponine). Hasil kajian menunjukkan secara statistik ketiga perlakuan
tersebut tidak berbeda nyata.
Beberapa Keuntungan Pengendalian Hama Keongmas
a. Dapat menghindari kerusakan tanaman terutama
di persemaian tanaman muda dan anakan
produktif.
b. Dapat menghindari kerusakan lingkungan akibat
penggunaan pestisida yang berlebihan.
c. Dapat mengoptimalkan produksi padi sesuai
dengan daya dukung lahan.
Untuk mengendalikan hama keongmas dalam rangka
mempertahankan kecukupan pangan, hasil kajian LPTP direkomendasikan dalam
bentuk rakitan teknologi yang mudah dilaksanakan oleh petani serta berwawasan
lingkungan.
PERMASALAHAN
Proses Kerusakan
Keongmas menyerang tanaman padi sejak dipersemaian
maupun tanaman berumur dibawah 4 MST. Pada tanaman
atas 4 MST keongmas cenderung merusak anakan.
Peningkatan populasi hama keongmas sangat cepat.
perkembangan telur hingga menetas menjadi
siput-siput membutuhkan waktu 7-14 hari dan jumlah telur yang
mencapai 80%. Hama ini terbilang ganas dan keongmas muda ukuran kecil sampai
sedang tergolong paling ganas menyerang tanaman padi baik di persemaian maupun
tanaman padi di sawah, dibandingkan dengan keongmas dewasa.
Kondisi Lahan
Keongmas hidupnya sangat tergantung pada air dan
umumnya berkembang pesat pada areal yang tergenang. Apabila lahan berada dalam
kondisi tergenang, keongmas akan berkembang cepat dan bila lahan dalam keadaan
kering, hama ini masih dapat hidup dengan beristirahat di dalam tanah. Keongmas
mampu bertahan hidup dalam tanah sampai 6 bulan lamanya, dan jika mendapat
pengairan ia akan berkembang biak kembali.
Cara Pengendalian
Hama keongmas termasuk sulit untuk dibasmi secara
tuntas. Bila pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida, keongmas
memang dapat terbunuh, tetapi cangkang atau rumahnya akan tertinggal di dalam
tanah dan menimbulkan masalah bagi petani yaitu melukai telapak kaki apabila
petani masuk ke areal sawah, sehingga petani perlu kegiatan tambahan untuk
mengumpulkan cangkang di areal yang telah diberi pestisida. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan (tahun 1999 dan 2000) menunjukkan bahwa pengendalian
dengan bahan kimia, biologi, dan mekanik secara statistik tidak berbeda nyata.
Hasil kajian terhadap lingkungan, kepraktisan kerja, mudah dilaksanakan, dan
murah, maka pengendalian keongmas dianjurkan dengan cara pemungutan berkala
(seminggu 3 kali), pemberian umpan perangkap, pemasangan perangkap telur, dan
pelepasan itik ke lahan sawah. Beberapa cara pengendalian di atas, mampu
mengendalikan perkembangan hama ini sehingga tidak menimbulkan kerusakan
terhadap tanaman padi, dan populasinya di bawah ambang ekonomi.
Kemauan Petani
Hama ini tidak menurun populasinya bila pengendalian
dilakukan secara individu, oleh karena itu pengendaliannya harus dilakukan
secara kelompok dalam satu hamparan. Keikutsertaan petani secara kelompok dalam
pengendalian hama ini menjadi penting, karena keongmas bermigrasi sesuai aliran
air dan masuk ke sawah bersama dengan pemasukan air ke lahan. Pengendalian
secara persial oleh satu atau dua petani tidak akan mampu mengendalikan hama
ini.
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA
KEONGMAS YANG DIANJURKAN
Pemasangan Perangkap Telur dan
Pemungutan secara Berkala
Usaha pengendalian hama keongmas merupakan salah satu proses dengan tujuan menekan populasi hama sekecil
mungkin ataupun penekanan sampai di bawah batas ambang kerusakan ekonomi. Salah
satu teknologi pengendalian yang telah dianggap efektif, murah dan dapat
dilaksanakan oleh petani serta berwawasan lingkungan adalah pengendalian dengan
menggunakan tiang-tiang perangkap telur dan pemungutan hama secara berkala (3
kali seminggu) sampai umur padi 4 minggu setelah tanam.
Tiang perangkap telur dapat digunakan dari bahan kayu,
bambu, pelepah rumbia, atau ranting-ranting kayu. Panjang tiang perangkap
tersebut berkisar antara 1-1,5 meter dengan diameternya sekitar 1-3 cm atau
lebih. Tiang perangkap ditancapkan dalam petakan sawah pada kawasan jarak
pematang antara 1-3 meter dan jarak antar tiang perangkap telur 3 meter. Jumlah
tiang perangkap telur tidak terbatas, sehingga makin banyak tiang perangkap
telur dipasang, maka diharapkan makin banyak pula kelompok. telur yang
diletakkan. Telur yang ada pada tiang perangkap dibuang secara berkala
(seminggu sampai dua kali) dengan cara melepaskannya dari tiang perangkap dan
selanjutnya dibenamkan ke dalam air atau lumpur.
Satu kelompok telur yang dimusnahkan sama artinya
dengan pemusnahan 300-500 keongmas apabila kelompok telur tersebut berhasil
menetas.
Pembuangan kelompok telur keongmas dilakukan secara
rutin sehinga perkembangannya secara lambat laun dapat ditekan, sehingga
populasi hama ini selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerusakan
secara ekonomi. Dalam usaha pengendalian tersebut sangat diharapkan dilakukan
secara serentak dalam kelompok, karena bila dilakukan secara individu
pengendalian cara ini tidak banyak memberi arti. Telah diketahui bahwa hama ini
bermigrasi melalui air irigasi dan masuk ke petak sawah melalui pintu-pintu air
sehingga perkembangannya akan pesat kembali. Perkembangan hama ini sangat
cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7-14 hari. Artinya, dalam
tenggang waktu satu minggu, hama ini telah banyak kembali walaupun pada tahap
tersebut hama ini masih dianggap berukuran kecil tetapi beberapa minggu
kemudian serangannya sangat ganas.
Pemberian Umpan Perangkap dan Pemungutan secara
Berkala
Pengendalian dengan umpan perangkap serta
dikombinasikan dengan pemungutan keongmas secara berkala baik di areal sawah
maupun pada umpan perangkap merupakan salah satu cara yang juga dapat menekan
populasi hama tersebut. Apalagi pemberian umpan perangkap dan dikombinasikan
pula dengan pemasangan perangkap telur sangat besar pengaruhnya terhadap
penekanan populasi hama keongmas. Umpan perangkap keongmas dapat menggunakan
daun, tangkai, dan batang pepaya, daun kuda-kuda (on geureundong pageu), dan lain-lain.
Makanan perangkap tersebut diletakkan secara berjejer
di dalam petakan sawah baik sebelum tanam maupun setelah ditanami
padi sampai padi berumur 5 minggu setelah tanam. Hal ini tergantung pada
banyaknya keongmas yang terdapat di petakan sawah. Jarak antara umpan perangkap
dengan yang lain antara lain 1-2 meter banyaknya umpan perangkap yang diberikan
tergantung pada persedian umpan dan populasi hama tersebut. Untuk memudahkan
pemungutan, umpan perangkap sebaiknya ditempatkan dekat dengan pematang.
Makin banyak pemberian umpan perangkap lebih sehingga
hama tersebut akan berkumpul pada umpan perang dan lebih mudah dipungut.
Selanjutnya keongmas yang terdapat pada umpan perangkap dipungut dan dibuang
secara berakala. Sangat dianjurkan keongmas hasil pungutan tersebut diberikan
sebagai tambahan pakan itik. Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian perlu
pula dikombinasikan dengan pemasangan perangkap telur, sehingga keongmas dan
kelompok telur menempel baik pada tiang atau di tempat lain segera di dengan
demikian kombinasi perlakuan tersebut akan menjadi efektif.
Pelepasan Itik di Areal Sawah
Pengendalian cara ini merupakan pengendalian alamiah
dimana itik dilepaskan ke areal sawah setelah ditanami padi dengan tanaman
berumur 45 hari setelah tanam. Itik dapat mengendalikan hama keongmas sehingga
tidak merusak tanaman. Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian, areal sawah
dibuat macak-macak sampai tergenang dengan ketinggian air 5 cm.
Itik dilepaskan ke areal sawah dan selanjutnya akan
memangsa keongmas (ukuran kecil dan sedang) serta membunuh keong besar. Dalam
satu hektar dapat dilepaskan itik sekitar 25 ekor lebih. Pelepasan itik
dilakukan pagi dan sore hari. Sesungguhnya pelepasan itik ke lahan sawah
memberi manfaat ganda. Pertama perkembangan keongmas dan hama-hama lain dapat
terkendali dan ke dua, dapat memperbaiki aerasi di sekitar perakaran Keadaan
tersebut dapat memperbanyak anakan produktif produksi tanaman menjadi lebih
banyak. (Eshar).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1992. Media Pestisida. Vol. 12:6-8
Dipokreasi Prima. Jakarta.
_________, 1993. Pengendalian Siput Emas.
Liptan. Balai Informasi Pertanian. D.I Jogyakarta.
__________, 1995. Pengendalian Hama Keong Mas.
Liptan. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP). Banda Aceh.
Setijo, P. 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan
Keongmas, Trubus Agriwidia. Unggaran. 106 hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar