Later Belakang
Kedelai merupakan salah satu komoditi
di Indonesia, dimana selain sebagai sumber bahan pangan juga dapat digunakan
sebagai bahan industri dan bahan makanan ternak. Sehingga setiap tahun
kebutuhan kedelai meningkat dan belum terpenuhi dari produksi dalam negeri.
Untuk mendukung pencapaian sasaran
produksi kedelai yang diinginkan, diperlukan paket teknologi yang sesuai bagi
wilayah tertentu. Dewasa ini yang tengah dilaksanakan dan sedang digalakkan
adalah bertanam kedelai sistem zerotillage (tanpa olah tanah).
Maksud dari teknik budidaya kedelai
sistem zerotillage atau tanpa olah tanah adalah untuk meningkatkan produksi
dengan memperhatikan jenis varietas yang ditanam, mutu benih, waktu tanam yang
tepat dan data lain yang berhubungan.
Adapun tujuannya adalah dengan metode
ini untuk meningkatkan hasil dengan menekan biaya dan tenaga sehingga mencapai
keuntungan yang lebih besar.
Peralatan lapangan yang digunakan
untuk menunjang kelancaran pekerjaan di lapangan terdiri dari:
1.
Cangkul
2.
Sekop
3.
Parang
4.
Tugal
5.
Lain-lain
yang dirasa pertu.
KEADAAN UMUM
Persyaratan Tanah dan Iklim
Kedelai memerlukan tanah gembur
dengan drainase yang baik, subur dengan pH berkisar 5,5 - 7. Dapat hidup dari
ketinggian 0 - 900 m dart permukaan laut. Curah hujan terbaik 100 - 200
mm/bulan dengan temperature 25-30°C.
Tanaman ini sangat peka terhadap
drainase yang jelek dan juga terhadap kekeringan. Oleh karena itu penanganan
drainase dan pengaturan vvaktu tanam sangat menentukan dalam keberhasilan
pertanaman kedelai.
PAKET TEKNOLOGI
Benih
Pemilihan benih sangat menentukan
kepada hasil. Benih kedelai yang ditanam sebaiknya varietas unggul dengan
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: benih masih baru, daya tumbuhnya lebih
dari 80%, tumbuh serempak, bernas dan besar, murni dari varietas yang sehat,
bersih, bebas hama dan penyakit, umur tidak lebih 4 bulan dan berproduksi
tinggi.
Benih untuk setiap hektarnya
diperlukan 40 kg. sebelum ditanam perlu dilakukan perlakuan benih (seed
treatment) dengan menggunakan insektisida Marshal 25 ST dengan takaran 10 g/kg
benih, agar terhindar dari serangan lalat kacang (Agromyza).
Inokulasi benih dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
a.
Dengan
menggunakan Legin/Rizogin
Legin/Rizogin adalah
bahan berupa serbuk dari tanah gambut yang berwarna hitam yang telah
disterilkan dan merupakan sebagai media hidup sementara bibit bakteri Rhizobium
japonicum. Yang dapat hidup pada bintil akar tanaman kedelai setelah tanaman
kedelai berumur diatas dua minggu jika bakterinya aktif maka pada bintil akar
akan terlihat warna merah jambu.
Cara penggunaan rhizobium
bila menanam kedelai di lahan baru dapat diinokulasi pada tanaman kedelai
sebagai berikut: biji kedelai dibasahi dengan air secukupnya sampai rata.
Campuran rizogen dengan biji kedelai diaduk sampai rata dengan dosis 37,5 g
rizogen untuk 10 kg biji kedelai. Persiapan benih, biji kedelai yang telah
dicampur rata dengan rizogen diusahakan jangan kena sinar matahari langsung,
dan sebaiknya setelah dicampur dapat disimpan pada tempat yang terlindung dari
sinar matahari, biji kedelai yang telah dicampur usahakan segera ditanam dan
tidak bisa lebih dari 6 jam, biji kedelai sudah habis tertanam.
b.
Dengan
tanah bekas pertanaman kedelai.
Biji kedelai dibasahi air
secukupnya sampai rata, kemudian diaduk dengan tanah bekas tanaman kedelai yang
telah disiapkan dengan perbandingan sebagai berikut: 150 - 200 g tanah bekas
tanaman kedelai untuk setiap 1 kg benih kedelai atau 1,5 - 2 kg tanah bekas
untuk 10 kg benih kedelai.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan dilakukan tanpa olah
tanah. Singgang jerami disabit (dibabat) rata dengan permukaan tanah, di
sekeliling petakan dibuat saiuran dengan mengatur pintu masuk dan keluar air
dibuat saiuran irigasi dengan pintu masuk dan keluarnya air dan juga diatur
kedalamannya agar mudah memasukkan air dan membuangnya apabila dikehendaki.
Jarak antara saiuran drainase 2 - 4
m, dengan tujuan untuk memudahkan pemeliharaan tanaman dan apabila mengair;
tanah (bedengan) akan lebih cepat merata kelembabannya. Lebar saiuran drainase
± 30 cm serta dalamnya ± 20 cm.
Penanaman
Penanaman kedelai dilakukan setelah
panen pad! untuk daerah Aceh Besar paling lambat diperkirakan akhir bulan
April. Apabila menjelang tanam kelembabari tanah kurang (kering) agar dilakukan
pengelembaban atau diairi sehari sebelum tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan
pada saat tanah lembab (3-6 hari setelah padi dipanen). Jumlah benih perlubang
sebanyak 3 biji ditugal disisi tunggul jerami padi dengan kedalaman ± 3 cm.
Jarak tanam yang digunakan 40 x 20 cm
atau 25 x 25 cm. apabila jarak tanam padi 20 x 20 cm, sebaiknya barisan padi
yang ditanam kedelai selang satu baris tidak ditanami di dalam barisan tiap
sisi tunggul jerami padi ditanami kedelai.
Jika persediaan bahan cukup tersedia,
sebaiknya penanaman ditutup dengan abu sekam sebanyak ± 10 g perlubang.
Manfaatnya selain untuk mempertahankan kelembaban juga sebagai media tumbuh
kecambah.
Pemupukan dan Pemeliharaan
Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP,
dan KCI dengan takaran 50 kg Urea, 100 kg TSP dan 100 kg KCI per hektar.
Waktu pemupukan cukup satu kali yaitu
selumh dosis diberikan bersamaan pada saat tanam. Cara pemupukan pupuk N, P dan
K dicampur hingga rata diberikan dalam alur disamping barisan tanaman kedelai
±5-7 cm. Pemupukan sebaiknya diberikan pada sesaat menjelang penugalan, agar
pupuk tidak berceceran/masuk ke dalam lubanng biji (benih). Hal ini untuk
menghindari terjadinya pencampuran benih dengan pupuk, sehingga apabila hal ini
terjadi akan mengakibatkan pembusukan pada benih (plasmolisa).
Pupuk Pelengkap Cair Gandasil B
dengan takaran 5 g per liter. Volume semprot 500 liter per hektar, diberikan
pada umur 35 hari setelah tanam (tergantung keadaan).
Penyiangan dilakukan cukup dua kali,
yaitu pada umur 21 hari setelah tanam dan 42 hari setelah tanam atau tergantung
keadaan gulma. Pada penyiangan pertama diusahakan dengan alat kuret atau
cangkul kecil terutama disamping barisan tanaman, agar supaya tanah gembur
sehingga distribusi perakaran lebih baik. Akan tetapi pada daerah-daerah
tertentu hanya dilakukan penyiangan dengan tangan (dicabut).
Pengairan atau pengelembaban
dilakukan 7-10 hari sekali dimulai pada umur 15 hari setelah tanam.
Penggunaan Mulsa
Setelah selesai ditanam kedelai maka
tanggul jerami padi dibabat kemudian dijadikan mulsa, gunanya untuk menghambat
tumbuhnya rumput pengganggu atau gulma, mengurangi penguapan air tanah dan
memperlambat pengerasan dan pengeringan tanah pada musim kemarau. Disamping
itu. mulsa jerami juga dapat mengurangi serangan hama lalat kacang.
Pengairan
Air sangat diperlukan sejak tanam
hingga panen, namun kebutuhannya berbeda pada setiap fase pertumbuhannya. Untuk
mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dan pertumbuhan yang baik maka tanaman
kedelai harus dikelilingi oleh saluran air antara 10 - 25 cm dan permukaan
petakan. Namun menjelang panen (7-10 hari sebelum panen) pengairan dikurangi
dan dihentikan 3-5 hari sebelum panen.
Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat
dilakukan dengan menggunakan insektisida atau fungisida pada tanaman yang
berumur satu bulan setelah tanam atau tergantung dari keadaan serangan hama
atau penyakit dengan memperhatikan tingkat ambang ekonomi dan yang paling baik
adalah dengan pergiliran tanaman. Insektisida Azedrin, Larvin, Basudin dan lain
sebagainya dipakai untuk pembasmi hama daun seperti ulat gerayak, ulat jengkal,
ulat penggulung daun. Sedangkan insektisida Matador, Decis, Lannate, Karphos dipakai untuk pembasmi hama polong
(buah) seperti ulat pemakan buah (Heliothis), penggerek polong (Etiella
zinckinella) dan penghisap polong (Reptortus linearis).
Panen dan Prosesing
Panen dilakukan bila telah terlihat
tanda-tanda seperti daun yang telah menguning lebih dari 70% dan polong telah
kering serta berwarna cokelat atau 40% masak pada pertanaman atau umur kedelai
80 - 85 hari setelah tanam. Agar tanah dapat dilanjutkan untuk menanam padi
selanjutnya dan akan menambah unsur hara tanah maka panen diusahakan jangan
dicabut, tetapi dipangkas dari batang bawah (disabit) supaya biji tidak kotor
(bercampur tanah) serta bintil akar yang telah membentuk dapat tertinggal di
dalam tanah.
Untuk mengatasi kulit polong tidak
pecah dikarenakan polong telah terlalu masak (kering) maka panen dilakukan pada
sore hari atau pagi hari.
Proses pembijian kedelai bila polong
sudah kering (setelah dijemur), dapat dikerjakan dengan cara dipukul (gebuk)
atau dengan memakai mesin perontok. Bila kedelai ingin dikonsumsi maka untuk
disimpan dengan kadar air 10 - 12% dan andai disimpan dalam waktu lama
diusahakan kadar air jangan lebih dari 10% terutama untuk benih.
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam
menerapkan teknologi budidaya kedelai tanpa olah tanah (zerotillage) dimana
petani tidak bisa melaksanakannya.
Untuk mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai sistem teknologi budidaya kedelai tanpa olah tanah
b.
Dengan
melakukan demplot sehingga petani tahu dan mau melaksanakannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Untuk
mencapai sasaran produksi kedelai yang diharapkan dari sistem teknologi budidaya
kedelai tanpa olah tanah
(zerotillage) maka perlu diperhatikan beberapa hal:
a.
Memilih
benih yang baik
b.
Mengetahui
jenis varietas yang ditanam
c.
Mempersiapkan
lahan yang baik
d.
Waktu
tanam yang tepat
e.
Tersedianya
air yang cukup
f.
Tanaman
dipelihara dengan baik
g.
Dan
lain-lain.
2.
Dengan
sistem ini diharapkan dapat menekan biaya pengeluaran sehingga keuntungan yang
diperoleh dapat meningkat selangkah lebih maju.
Saran
Agar sistem ini dapat diterapkan oleh
penyuluh di lapangan. (Eshar 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Juber Pasaribu, dkk. 1993. Teknologi Budidaya Kedelai Tanpa Olah Tanah.
Balai Informasi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam.
1990 - 1991. Kedelai.
La Tampe. 1993. Tanam
Kedelai Tanpa Olah Tanah. SinarTani IPTEK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar